Ditulis Oleh Agus Fitrianto, Arsitek dan Urban Practice
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 3 Juni sebagai Hari Sepeda Dunia. Hal ini diputuskan saat pertemuan PBB di New York. Resolusi ini diadopsi oleh konsensus 193 negara anggota. Dalam deklarasi ini PBB mengundang semua anggota negara dan pemangku kepentingan terkait untuk mempromosikan kesadaran sepeda. Indonesia merupakan salah satu negara pendukung utama resolusi tersebut.(sumber kemlu.go.id)
Seperti kota kota modern lainnya Kota Balikpapan tumbuh menjadi kota transit seperti kota-kota tepian lainnya. Kota ini berkembang menjadi hunian masyarakat yang signifikan, wilayah kota yang hanya 503.3 km persegi seluas Kota Copenhagen dengan populasi yang sama yaitu 736.806 (sumber dinas kependudukan catatan sipil).
Jika pada tahun 1990an Mobil menjadi simbol kebebasan dan kemewahan, sekarang sepeda adalah simbol kebebasan dan kualitas masyarakat untuk menikmati kotanya, apakah layak huni atau humanis.
Menurut (Jan Gehl , arsitek Denmark dan konsultan perkotaan Denmark), "Kota yang manusiawi atau kita singkat dengan slogan kota humanis dan ramah manusia, Adalah kota yang dapat di akses dengan mudah. Mobilitas untuk semua orang. Banyak Kota saat ini yang di liputi oleh kemacetan lalu lintas, dan kota kota yang padat penduduknya dan cara cepat ber pergian adalah menggunakan transportasi yang efisien."
Jan gehl menyatakan ada 4 hal yang menjadi standart kota humanis yaitu infrastruktur jalur sepeda, kampanye bersepeda, mendidik anak-anak, inisiatif khusus dari pemerintah. 4 hal ini bisa di terapkan di kota balikpapan.
Standart pertama adalah Infrastruktur jalur sepeda, parkir sepeda, penitipan sepeda dan rambu rambu. Untuk membuat nyaman para pesepeda pemerintah harus menyediakan jalur khusus pesepeda di kedua jalur jalan. Traffic light juga harus di sesuaikan sedemikian rupa. Perlu ada peraturan tentang menutup jalur tertentu untuk mobil pribadi, dan hanya sepeda, bis dan taksi yang boleh melewati jalur jalur tersebut.
Standar yang kedua adalah Kampanye mempromosikan bersepeda, Sosialisasi dan pemberian gerakan gerakan tertentu untuk masyarakat bersepeda secara rutin bisa menjadikan minat pesepeda meningkat.
Standart ke tiga yaitu, mendidik anak anak, anak anak lebih baik menaiki sepeda dari pada menaiki motor, karena tingkat berbahaya sepeda lebih rendah daripada sepeda motor. Sosialisasi bagaimana bersepeda ke sekolah itu sehat dan menambah teman , bisa menjadi alternatif edukasi berbasis ruang publik.
Yang terakhir Inisiatif khusus yang di targetkan pada kelompok yang biasanya tidak bersepeda, inisiatif bisa berupa aplikasi bersepeda yang memberikan jalur jalur tertentu yang bisa mengekplorasi kota Balikpapan. Banyak jalan jalan atau gang yang bisa di lalui oleh penjalan kaki atau pesepeda, bisa jadi ,mereka belum pernah melaluinya sepanjang hidup mereka.
Kota copenhagen sudah lebih dahulu menggalakan aktifitas bersepeda sejak 40 tahun lalu, di mulai oleh inisiati Jan Gehl tentang kota yang modern tanpa merubah menjadi kota masa depan yang penuh polusi dan beton.
Copenhagen termasuk kota yang layak untuk di jadikan rujukan untuk menerapkan kota humanis yang ramah terhadap pesepeda dan pejalan kaki. Pada tahun 2016 jumlah sepeda di kopenhagen mengalahkan total kendaraan yang ada yaitu 265.700 unit sepeda.
Pada tahun 1998, kota Bogota, Kolombia membangun 300 km 'jalur hijau', jalur sepeda terlindung yang terpisah dari jalan dengan menggunakan pohon pembatas. Enrique Penalosa yang menjadi wali kota Bogota saat itu menegaskan jalur hijau bukanlah fitur arsiktektur yang indah tetapi hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang menggunakan sepeda seharga US$30 sama pentingnya dengan orang yang mengendari mobil seharga US$30.000
Penting juga menciptakan kualitas lingkungan perkotaan yang membuat menarik minat untuk berjalan jalan dengan berjalan kaki atau bersepeda. Ini adalah proses yang mengabadikan diri karena kehadiran penalan kaki dan pesepeda secara signifikan berkontribusi terhadapan kehidupan kota dan dengan demikian daya tariknya.
Membayangkan ibu ibu ke pasar tradisional klandasan, pasar baru, pasar sepinggan menggunakan sepeda berkeranjang, mereka saling menyapa dan membahas masakan yang akan di hidangkan untuk keluarga mereka, bukan ibu ibu yang menyetir dengan kacamata hitam dan kaca film mobil berwarna hitam.
Berbeda dengan pengendara sepeda motor, pengendara sepeda dan pejalan kaki berbagai karakteristik bergerak dengan kecepatan sedang, membuat pesepeda terlihat di lansekap kota. Pengendara sepeda juga fleksibel dalam arti bahwa mereka dapat dengan cepat beralih dari pengendara sepeda menjadi pejalan kaki jika lelah. Ini menciptakan kondisi orang-orang untuk melihat dan bertemu satu sama lain di kota.
Penting juga untuk menyoroti bahwa baik pesepeda maupun pejalan kaki hadir secara fisik di ruang ruang publik, berbeda dengan pengendara lain yang pada dasarnya terisolasi dari pengaturan fisik mereka. Keinginan untuk berpindah-pindah di kota dengan berjalan kaki atau bersepeda tidak datang dengan sendirinya, harus di dukung oleh lingkungan perkotaan yang ramah. Kehadiran dan pergerakan di sekitar kota harus didorong dengan menciptakan lingkungan perkotaan yang menarik dan melibatkan partisipasi masyarakat.
Pejalan kaki dan pengendara sepeda terpapar dengan segala macam cuaca, matahari, angin dan hujan, kondisi ini harus di masukkan kedalam perencanaan trotoar dan jalur sepeda. Perjalanan yang panjang dan monoton seperti jalan jenderal sudirman, balikpapan, harus di pecah menjadi bagian bagian kecil yang menawarkan detail-detail keramaian. Prinsip-prinsip penting yang dapat di gunakan di seluruh dunia, tetapi kota kota berbeda secara alami memerlukan strategi dan inisiatif yang berbeda.
Memimpikan kota Balikpapan menjadi kota sepeda bukan mustahil, jika pemerintah kota menjamin pesepeda aman dan memberikan infrastruktur yang tepat, maka wujud kota bersepeda menjadi sesuatu yang nyata.