Yang perlu dihitung SBY adalah bahwa AHY itu kader masa depan Demokrat. Bersih, belum terkontaminasi, diminati, dan punya peluang besar. Elektabilitas sebagai cagub DKI luar biasa. Dekalrasi, langsung naik. Meski kalah karena faktor pengalaman. Diuji di cawapres, elektabilitasnya tertinggi. Ini potensi besar yang dimiliki SBY dan Demokrat. Jika salah kalkulasi dan gagal nyawapres, AHY tamat. Kedepan, nama AHY tak akan lagi diperhitungkan sebagai tokoh potensial. Dua kali kalah adalah track record yang buruk dan sulit upgradenya. AHY tak lagi punya peluang. Kecuali sebagai Ketum Demokrat yang tak lagi punya daya tarik.
Apakah memasangkan AHY dengan Prabowo itu pilihan tepat? Meragukan. jika Prabowo menang, itu berkah. Jika kalah? Karir AHY akan berakhir. SBY adalah sosok ayah yang dianggap berdosa dan bertanggung jawab atas hancurnya masa depan AHY. Sudah keluar dari karir militer, nyungsep di dunia politik.
Maka, menundanya demi menjaga potensi AHY di mata publik akan jauh lebih baik. Kecuali jika AHY dipasangkan dengan tokoh yang tingkat kemenangannya bisa diharapkan. Anies Baswedan atau Gatot Nurmantyo misalnya. Jauh lebih menjanjikan.
Kedua, jika AHY dipaksakan untuk dipasangkan dengan Prabowo, belum tentu PKS terima. Kabarnya, ada perjanjian tertulis antara Gerindra-PKS soal pilpres 2019. Perlu diklarifikasi isi kesepakatan itu. Tapi poinnya, tak mudah PKS bisa terima pasangan Prabowo-AHY. Sebab, PKS punya Aher dengan track record dan prestasi luar biasa. Akan dikorbankan untuk terima AHY yang 0% track recordnya di pemerintahan?
PKS adalah variable penting dalam koalisi. Sebab, pertama, PKS punya mesin partai yang solid dan efektif. Kedua, PKS punya kedekatan dengan ulama dan umat Islam. Saat ini, suara umat lagi diperhitungkan. Rugi jika mengabaikannya.
Prabowo-AHY, selain punya kendala koalisi, juga keraguan Demokrat, terutama SBY terhadap kekuatan suara Prabowo. Jika salah langkah, SBY akan merasa berdosa seumur hidupnya karena salah mendesign putra mahkotanya. Mengisi akhir hidupnya dengan dihantui rasa berdosa. Tak ada yang lebih menyakitkan dari perasaan itu.