News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pilpres 2019

Semua Butuh Kondusifitas Menuju Pilpres-Pileg 2019

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) saat menerima Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF Ulama) yang dipimpin Yusuf Muhammad Karta, di ruang kerja Ketua DPR RI, Jakarta, Rabu (18/07/18) lalu.

Dengan ragam kegiatan yang tak terhindarkan itu, tensi politik di dalam negeri semestinya bisa dibuat lebih tenang.

Memang, suasana menuju tahap pendaftaran kandidat pasangan Capres-Cawapres untuk Pilpres 2019 sempat menyita perhatian publik. Perhatian publik tertuju pada proses pembentukan koalisi dan proses penyaringan sosok Cawapres. Kedua proses ini sempat membuat ruang publik hiruk pikuk.

Ada perang pernyataan, saling sindir, ada pula tuduhan, serta kejutan-kejutan terkait dengan nama sosok Cawapres. Namun, segala sesuatunya berakhir dengan baik.

Solusi

Sangat disayangkan bahwa pasca pendaftaran kandidat pasangan Capres-Cawapres, ruang publik masih disesaki dengan pernyataan-pernyataan yang berpotensi mengganggu kenyamanan publik. Berangkat dari kenyataan itu, masyarakat tentu berharap masing-masing kubu kandidat mau menahan diri.

Sebab, menuju tahun politik 2019, kondusifitas sangat bergantung pada perilaku masing-masing kubu Capres-Cawapres. Daripada saling sindir atau saling ejek, akan lebih baik jika masing-masing kubu kandidat Capres-Cawapres melakukan konsolidasi mempersiapkan kampanya pemilihan presiden.

Adalah sangat penting jika dua kandidat Capres-Cawapres dengan tulus dan konsisten mengajak semua elemen masyarakat untuk menjadikan Pilpres dan Pileg 2019 sebagai pesta demokrasi yang menggembirakan.

Sebab, kedua agenda itu tak lain adalah bentuk pengakuan dan penghormatan kepada hak azasi setiap individu yang memiliki hak memilih. Di hadapan mereka, para kandidat memaparkan program. Masyarakat berhak menilai. Tentu akan terjadi beda penilaian yang berujung pada beda pilihan.

Namun perbedaan itu harus dihargai dan dihormati oleh siapa pun. Jangan sampai pula perbedaan itu menimbulkan permusuhan. Sebaliknya, perbedaan itu hendaknya bisa semakin merekatkan tali persaudaraan dan persahabatan.Jangan sampai masyarakat terkotak-kota hanya karena beda pilihan politik.

Sebagaimana bisa didengar dan disimak bersama, dua kandidat pasangan Capres-Cawapres sudah memaparkan garis besar program-program yang akan ditawarkan kepada rakyat. Rincian program-program mereka akan dipaparkan lagi sepanjang periode kampanye.

Dari garis besar program kedua kandidat, jelas terlihat bahwa mereka ingin mewujudkan Indonesia yang lebih baik dalam beberapa tahun ke depan. Tentu ada perbedaan, tetapi perbedaan itu hanya pada pendekatan.

Perbedaan pendekatan itu setidaknya terlihat pada keputusan petahana Joko Widodo memilih ulama karismatik KH Ma'ruf Amin sebagai Cawapares-nya. Sosok Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin merupakan perpaduan tepat nasionalis dan religius. KH Maruf Amin adalah guru bangsa, ulama dan juga negarawan yang pendapatnya selalu didengar khalayak.

Perpaduan yang tepat dan bijaksana ini menjadi pilihan karena diyakini bisa menjadi solusi untuk menyelesaikan beberapa persoalan terkini. Kedua sosok ini akan fokus pada upaya mengakhiri sekat-sekat yang selama ini bermunculan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan menghadirkan KH Ma’ruf Amin, terlihat jelas bahwa Joko Widodo bersama koalisi partai pendukungnya lebih melihat dan menimbang-nimbang tantangan atau masalah yang dihadapi bangsa ini.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini