News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pilpres 2019

Kans Jokowi vs Prabowo Pada Pilpres 2019

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasangan Capres Cawapres, Jokowi-Maruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno

Proporsi dari pemilih disegmen melenial menyentuh angka 40 %, sekitar 75 juta pemilih melenial dari usia memasuki 17-38 tahun. Sehingga dibutuhkan cara dan strategi jitu merebut empati segmen pemilih melenial.

Sandi anak muda punya potensi masuk ke dunia yang disenangi kaum milenial dan mak-mak, cara berpakaian, cara berkomunikasi dan mapping elektoral terhadap apa yang menjadi hobi anak muda melenial alay mulai dari musik, olah raga dan teknologi.

Kelima; penguasaan dan kapasitas di bidang ekonomi. Sebagai seorang pengusaha yang sukses tentu menjadi nilai jual bagi Sandiaga Uno untuk menjawab tantangan melemahnya ekonomi Indonesia.

Program ekonomi akan menjadi poin penting dan prioritas pasangan ini untuk mempengaruhi pemilih di tengah komplikasinya persoalan fundamental ekonomi yang belum bisa diselesaikan dan diurai pemerintahan Jokowi dari level hulu sampai hilir. Kampanye politik identitas agama dipastikan sudah selesai.

Keenam; harus kita akui pemilih sosioligis dan primordialisme masih tinggi di Indonesia, memilih berbasiskan agama, suku, etnis, daerah. Prabowo-Sandiaga adalah kombinasi ideal yakni Jawa-luar Jawa, Prabowo representasi suara Jawa, Sandi bisa berkonsentrasi mengambil ceruk segmen pemilih di luar Jawa.

Kelemahan Capres Cawapres

Komposisi pasangan capres-cawapres selain punya nilai positif tentu pada saat yang sama juga punya beberapa kelemahan dan kekurangan.

Untuk pasangan Jokowi-Maruf ada beberapa kelemahan. Pertama; resistensi cukup tinggi baik dari pendukung Mahfud MD maupun Ahok.

Nama Mahfud MD sangat kencang disuarakan sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi Jokowi. Namun namanya dicoret dimenit-menit terahir.

Dicoretnya nama Mahfud tentu menyisakan “luka dalam” dikalangan pendukung fanatik beliau yang berujung pada kekecewaan dan menurunnya loyalitas dalam memperjuangkan pasangan Jokowi-Maruf Amin

Hal yang sama juga terjadi pada elemen pendukung Ahok, nama Maruf Amin tentu bukan nama baru dalam pergulatan politik Ahok di DKI Jakarta yang berujung pada “jeruji besi” dalam pusaran kasus Al-Maidah, fatwa fenomenal MUI yang mem-vonis Ahok sebagai penista Agama.

Kekecewaan ini harus dikelola dengan baik untuk memantapkan kembali sehingga tetap memilih Jokowi (strong voter) dan tidak mengalihkan dukungan pada kandidat lain serta tidak golput.

Kedua; memainkan politik identitas. Isu politik identidas sebelumnya selalu dialamatkan kepada koalisi PKS dan Gerindra.

Namun keputusan Jokowi memilih Maruf Amin untuk membendung (counter) gelombang politik identitas ini justru Jokowi sedikit terjebak pada posisi yang kurang menguntungkan.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini