OLEH : MURSYIDAH, Penulis dan Pembaca Buku
“Rasa malas biasanya dikaitkan dengan kurangnya tekad. Padahal, kebanyakan rasa malas bersumber dari perasaan. Jika Anda selalu menunda hal yang seharusnya dikerjakan dan menjadi tidak bersemangat, cobalah tengok perasaan Anda terlebih dahulu.” (Halaman 5)
PERNAH mengalami perasaan kesal karena sudah belajar mati-matian, tapi hasilnya tetap jeblok? Sementara teman sebelah yang mengaku tidak belajar justru mendapat nilai tertinggi.
Atau, kita sudah kerja banting tulang, rela lembur ria untuk memenuhi target, tapi tetap saja kena marah atasan karena menurutnya hasil kerja kita jelek?
Karena merasa sia-sia saja apa yang dilakukan, kita pun akhirnya belajar atau mengerjakan tugas sekenanya saja. Akibatnya, orang-orang sekitar mulai mencap kita sebagai orang yang malas.
Jika ingin tahu mengapa kamu dicap malas, atau membuktikan kepada orang-orang sekitar kamu bukanlah pemalas seperti anggapan mereka, terlebih dahulu kamu perlu menganalisis diri kamu sendiri.
Dalam buku “Antimalas dan Suka Menunda” dijelaskan kemalasan merupakan gabungan berbagai unsur kepribadian yang membentuk masalah emosional sehingga terciptalah kebiasaan malas.
Jadi, salah satu penyebab terciptanya kemalasan karena adanya masalah emosional dalam diri. Oleh sebab itu, kita perlu melihat ke dalam diri kita, adakah masalah yang sedang kita hadapi, apa saja masalah itu, dan temukan solusinya.
Kupaslah permasalahanmu satu per satu hingga ke akarnya. Misalnya, pelajar yang malas belajar.
Setelah dianalisis, ternyata masalahnya karena ia merasa kesal, merasa sia-sia belajar giat, sebab nilainya akan tetap jelek.
Setelah dikupas lebih lanjut, ditemukan nilainya yang tetap jelek itu karena ia salah memilih waktu belajar.
Ia adalah “orang malam”, yaitu orang yang baru bisa fokus belajar di malam hari, saat suasana sunyi. Namun, ia belajar di pagi hari, sehingga otaknya tidak bisa menyerap maksimal apa yang dipelajarinya.
Karenanya, belajar segiat apa pun, nilainya akan tetap jelek. Lalu, kenapa ia memilih belajar di siang hari?
Setelah dianalisis lebih jauh, ternyata ibunya yang memaksanya untuk belajar di siang hari. Sang ibu selalu marah saat melihat anaknya tidak pernah belajar, padahal ia hanya melihatnya di siang hari.
Ia tidak pernah melihat di malam hari anaknya belajar giat. Oleh karena itu, agar tidak dimarahi lagi, si anak pun belajar di siang hari.
Namun, hasilnya tidak sesuai dengan harapan, dan si anak merasa tidak berguna untuk belajar giat.
Masalah emosional sangat memengaruhi perilaku kita sehari-hari dan akan berdampak pula pada orang-orang di sekitar kita, sehingga terciptalah efek domino.
Karenanya, penting sekali untuk menganalisis dan menemukan solusi dari masalah emosional yang sedang kita hadapi demi kebahagiaan hidup kita.
Jika masih bingung bagaimana menganalisis masalahmu, kamu bisa membaca buku “Antimalas dan Suka Menunda” untuk menganalisis dirimu sendiri.
Temukan solusi atau langkah yang perlu dilakukan untuk menghilangkan kemalasan, bahkan yang sudah mengakar sekalipun.
Buku ini pun perlu dibaca oleh orang-orang yang suka mencap orang lain pemalas. Karena, bisa jadi merekalah yang secara tidak sadar menyebabkan seseorang menjadi pemalas.(*)