Padahal, ia sendiri jebolan Fakultas Teknik Mesin, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Berkat ketekunannya mengutak-atik energi alternatif dari air garam itu, kini ia sudah berhasil menggapai mimpinya.
Baca juga: Korban Gempa Bumi Majene : Ya Allah Saya Sudah Rasakan Kekuatanmu
Menghadirkan cahaya di lokasi bencana.
Menghadirkan cahaya melalui cara yang sangat sederhana: Air garam, atau garam dapur yang dilarutkan ke dalam air.
Usaha melahirkan inovasi lampu air garam dirintis sejak tahun 2012.
Setelah melalui serangkaian uji coba dan pengetesan selama empat tahun, maka tahun 2016, produk lampu air garam pun siap diproduksi massal.
Ia pun tak mematenkan karyanya ke Kementerian Kumham.
"Lampu air garam HEI tipe SWL 01 sudah dipatenkan juga. Total kami sudah mengantongi tiga sertifikat HKI dari Kumham," ujar Sarwani, dari PT HEI (Hafi Energi Indonesia), produsen lampu air garam yang disebut Sarwani sebagai Piranti Listrik Tenaga Air Garam (PLTAG).
Pengoperasian “lampu ajaib” ini cukup mudah. Dalam satu packing, terdapat satu lampu, botol pencampur air garam dan air ukuran 125 cc.
"Hanya perlu air bersih dan garam. Garam apa saja," katanya seraya menambahkan, "tak ada garam, air laut pun bisa. Makanya, lampu ini juga sangat cocok dipakai para nelayan."
Dalam setiap kemasan, terdapat petunjuk cara penggunaaan lampu air garam, sangat detail dan menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan disertai gambar/ilustrasi.
Bayangkan, hanya dengan mencampur air bersih dan sesendok garam, lampu ini mampu menyala hingga 12 jam dalam kekuatan sinar LED 1,6 watt atau setara terangnya bohlam 25 watt.
Ketika ditanya bagaimana cara kerja lampu air garam tadi? Anda yang “orang kimia” akan mudah paham.
Anda yang belajar electricity tentu lebih cepat memahami. Ini adalah soal katoda dan anoda.