News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Apa Itu Wahabi dan Salafi? Disebut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sebagai Pintu Masuk Terorisme

Editor: Husein Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KH. Imam Jazuli, Lc. MA, Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon.

Berbeda halnya dengan gerakan Salafi murni. Dasar ketulusan hati mereka dalam mendakwahkan paham Salafisme menjadi alasan mereka menolak hal-hal berbau politik, apalagi kepentingan material-duniawiah.

Gerakan Salafi ini murni demi menegakkan akhlak individual maupun sosial. Sasaran dakwah Salafiyah ini adalah kebobrokan moralitas umat.

Tentu saja mereka tidak akan pernah mendakwahkan moralitas dengan cara-cara yang immoral, tidak bermoral. Sedangkan Wahhabi-Salafi tidak peduli hal ini.

Salah satu bukti kasatmata Wahhabi-Salafi yang tidak peduli pada moralitas bisa dilihat dari ketidakpedulian mereka pada citra Islam secara menyeluruh.

Ini bisa bisa dilihat dalam kasus ISIS dan gerakan destruktif di berbagai belahan dunia, walaupun berdampak menciderai wajah Islam maupun umat muslim pada umumnya.

Sesuatu yang mereka anggap benar akan dilakukan walaupun salah di mata mayoritas muslim. Di titik inilah, Wahhabi-Salafi cenderung mengarah pada gerakan absolutisme.

Alhasil, upaya-upaya deradikalisasi memang benar seperti dikatakan oleh Ketum PBNU, Kiyai Said, bahwa harus diberangus dari akarnya, yakni Wahhabi-Salafi. Namun begitu, catatan pentingnya, ada banyak variabel yang harus digunakan.

Pertama, Wahhabi-Salafi bercirikan kekerasan (violence) dalam berdakwah. Kedua, Wahhabi-Salafi bertulang punggung pada jaringan pendanaan asing. Ketiga, Wahhabi-Salafi mengusung absolutisme.

Dari berbagai variabel tersebut, melawan kekerasan sejak dalam pikiran adalah paling penting. Umat muslim diajarkan bahwa kekerasan bukan karakter alamiah manusia, melainkan sebuah proyek Globalis yang memanfaatkan agama.

Proyek globalis ini hanya akan berakhir bila topangan finansial asing di stop total. Segala kedok kemanusiaan perlu diverifikasi, jangan sampai ditunggangi menjadi pintu masuk bagi pendanaan ekstrimisme, radikalisme, fundamentalisme.

Puncaknya, kesadaran tentang pentingnya keragaman yang harmonis menjadi hilir bagi semua proyek deradikalisasi. Wallahu a'lam bishawab.

* Penulis Adalah Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia.

Daftar Pustaka

Abdelhak Azzouzi, Itsna 'Asyara Qornan fi Hayati Mamlakah, (Afrika: Harmattan, 2008).

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini