News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Filateli

Di Zaman Digital Kini, Masih Adakah Prangko?

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prangko pertama di Indonesia zaman Hindia Belanda (kiri) dan prangko pertama di dunia dikenal dengan nama Black Penny (kanan).

Oleh Teguh Wira Adikusuma *)

DI era digital seperti sekarang, mungkin banyak yang bertanya, apakah prangko masih ada?

Pastinya MASIH ADA. Jika di luar Indonesia, prangko masih digunakan sebagai pelunasan surat, sedangkan di Indonesia sendiri lebih ke arah membeli dan menyimpannya, tanpa digunakan untuk pelunasan kiriman surat sebagaimana fungsinya dicetuskannya prangko oleh Rowland Hill dari Inggris.

Di mana saat itu dinas Pos Inggris mengalami kerugian akibat banyak penerima surat yang tidak mau membayar biaya kirim surat (karena saat itu biaya kirim surat dibayarkan oleh penerima surat).

Akhirnya tanggal 6 Mei 1840, terbitlah prangko pertama di dunia (The Black Penny) yang digunakan sebagai bukti pembayaran kiriman surat, sehingga biaya kirim ditanggung oleh pengirim.

Demikian juga di Indonesia, yang saat itu masih dijajah oleh Belanda mengeluarkan prangko pertama pada tanggal 1 April 1864.

Itulah sejarah singkat mengenai prangko pertama di dunia dan di Indonesia.

Pada umumnya, prangko-prangko di awal penerbitannya hanyalah bergambar kepala pemerintahan, namun saat ini prangko banyak sekali gambarnya dan sangat menarik, sehingga banyak orang mengumpulkan prangko.

Orang akan sangat bangga jika memiliki album prangko (mungkin di era saat ini, ditertawakan).

Adapun beberapa alasan orang mengumpulkan prangko :

1. Senang dengan gambarnya
2. Warnanya yang menarik
3. Bisa belajar dari prangko tersebut, seperti yang dialami oleh penulis sehingga berhasil menulis buku “Eksplorasi Indonesia Melalui Benda Filateli”. Ada pula karya lama "Mengenal Filateli di Indonesia" karya filatelis Indonesia yang telah bermukim di Jepang.
4. Ingin mendapatkan penghargaan, baik di pameran filateli maupun hanya asal mengumpulkannya
5. Dan masih banyak alasan lainnya

Penulis menyoroti mengenai penghargaan di dalam pameran filateli.

Di pameran filateli, terdapat beberapa kelas yang dipertandingkan yaitu Traditional Philately, Postal History, Postal Stationery, Aerophilately, Astrophilately, Thematic Philately, Open Philately, Maximaphily, Revenue, Literature dan Youth (khusus untuk remaja).

Saat ini ada kelas Picture Postcard yang masih dalam proses uji coba.

Semua kelas tersebut memiliki aturan main yang ditetapkan oleh Federasi Filateli Dunia (Fédération Internationale de Philatélie – FIP) dan sudah diadopsi oleh Federasi Filateli Asia Pasifik (Federation of Inter-Asian Philately – FIAP), Federasi Filateli Eropa (Federation of European Philatelic Associations - FEPA) dan Federasi Filateli Amerika (Federación Inter-Americana de Filatelia - FIAF).

Adapun ciri khas dari tiap kelas tersebut :

1. Traditional Philately : menceritakan tentang proses pengadaan sebuah prangko hingga pemakaiannya
2. Postal History : menceritakan tentang cap, tarif dan rute surat
3. Postal Stationery : sama seperti kelas Traditional Philately, hanya di kelas ini untuk kartu pos atau surat bercetakan prangko
4. Aerophilately : menceritakan tentang surat yang dibawa via udara (Airmail)
5. Astrophilately : menceritakan tentang surat yang di bawa ke luar angkasa
6. Thematic Philately : menceritakan tentang tema/cerita tertentu
7. Open Philately : sama seperti Thematic Philately, hanya benda yang ditampilkan bisa bukan benda filateli
8. Maximaphily : sama seperti Thematic Philately hanya benda filateli hanya Maximum Card
9. Revenue : sama seperti Traditional Philately, namun khusus meterai
10. Literature : berisikan tentang buku-buku yang berkaitan dengan filateli termasuk katalog prangko
11. Youth Philately : khusus untuk remaja max 21 tahun

Walaupun banyak jalan menuju Roma, demikian pula dalam berfilateli, alangkah lebih baiknya jika filatelis menyusun koleksi pameran filateli ke dalam kelas-kelas tersebut, sehingga bisa memperoleh pengakuan penghargaan medali yang telah berlaku umum di dunia perfilatelian.

Pengakuan medali tersebut terbagi menjadi 8 kelas, dari yang paling tinggi yaitu Large Gold, Gold, Large Vermeil, Vermeil, Large Silver, Silver, Silver Bronze dan Bronze.

Jadi berdasarkan medali saja sudah dapat dilihat kualitas koleksi tersebut.

Di tiap pameran akan dipertandingkan dan dinilai koleksi-koleksi tersebut. Pengunjung dapat belajar juga dari koleksi-koleksi yang ada.

Sedangkan untuk asal kumpulkan, di dunia filateli akan kesulitan untuk membuat komparasinya antar koleksi.

Dengan demikian jelas sekali, meskipun kini berada di era dijital, prangko tetap masih dipakai dan dihargai tinggi. Bahkan nilainya akan semakin langka dan tinggi di masa depan.

Di Jepang sendiri prangko lama pun, katakanlah terbit di zaman Perang Dunia II, masih bisa dipakai hingga saat ini, tentu dengan nilai nominal tertera di sana.

Apabila prangko Zaman Perang Dunia II itu bernilai satu yen, nilai yang sudah besar saat ini, saat ini (2021) juga bernilai satu yen kalau dipakai untuk pemrangkoan mengirimkan surat pos.

Tentu saja orang akan menyimpan daripada menggunakan untuk surat pos, karena sejarahnya, prangko langka nominal satu yen itu bisa dijual dengan harga lebih dari satu yen.

Menarik bukan?

Silakan gabung ke whatsapp group FILATELIS, kirimkan email ke: filateli@jepang.com Subject: Filatelis, dengan nama lengkap alamat tanggal lahir dan nomor whatsapp, gratis.

*) Penulis adalah Juri FIP (Federasi Filateli Internasional), Pemegang Medali Gold FIP

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini