Oleh Moch S Hendrowijono *)
INDUSTRI telekomunikasi memiliki keistimewaan di berbagai sisi, bahkan di dalam situasi dunia yang sedang “tidak baik-baik” saja. Saat pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, peran telekomunikasi sangat vital, jauh lebih penting dibanding sektor dengan infrastruktur padat modal lain yang umumnya juga terengah-engah.
Presiden Jokowi mengingatkan datangnya krisis dunia pada 2023, dan industri telekomunikasi diharapkan jadi tulang punggung proses kehidupan untuk menggerakkan sektor ekonomi. Pemerintah tampaknya sangat mengandalkan ekonomi digital mengambil peran lokomotif.
Ada tiga aspek penting yang perlu disiagakan dalam menghadapinya, pertama infrastruktur jaringan yang cepat, layak diandalkan dan siap mengakomodir kebutuhan akan akses internet. Aspek ini oleh OpenSignal terus diamati dari hari ke hari dan hasilnya beberapa operator mengalami performa meningkat.
Baca juga: Meng-4G-kan Seluruh Wilayah Nusantara
Jaringan XL Axiata yang paling signifikan kemajuannya. Di balik performa itu sendiri ada treatment dan maintenance dengan berbagai teknologi baru pun efisien, seperti OpenRAN.
Aspek kedua, sebaran jaringan terutama di titik-titik blankspot. Kawasan 3T (terdepan, tertinggal dan terluar) yang dari dulu enggan dijamah operator telekomunikasi, kini wajib bagi operator BUMN untuk menjalankan tugas USO (universal service obligation).
Operator swasta seperti XL Axiata yang mau “turun gunung” membantu pemerintah mengisi titik-titik tanpa jaringan, patut diapresiasi karena jadi satu-satunya yang menunaikan kewajiban layanan universal.
Kendati jumlahnya tidak sebanyak operator BUMN, namun menurut Presdir dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini, peran ini merupakan sebuah kehormatan dengan membangun total di 132 titik baru di area Sumatera.
Bertambahnya titik lokasi layanan di area 3T yang dikelola oleh XL Axiata, melengkapi program USO Bakti Kominfo yang sebelumnya tersebar di 62 kabupaten dan 17 provinsi pada sejumlah pulau terpencil di Indonesia Bagian Timur.
Agar jaringan yang dialirkan BTS berstandar 4G dimanfaatkan masyarakat 3T, ribuan router dibagikan ke lebih dari 2.300 sekolah. Pelajar yang harus mengakses internet baik mendapatkan materi pelajaran maupun asesmen kompetensi, cukup menyiapkan gadget-nya.
Aspek berikut, pemberdayaan seluruh stakeholder telekomunikasi yang setiap operator punya cara sendiri yang dikemas melalui aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan. Operator akan mengerahkan segenap sumber daya melakukan misinya.
Baca juga: Razer Perkenalkan Konsol Game Android Edge 5G, Catat Tanggal Peluncurannya!
Perempuan UMKM
Bagi operator sebagai penyedia infrastruktur teknologi informasi, membangun konektivitas yang pada ujungnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mewujudkan target pembangunan berkelanjutan.
Konsepnya mesti jelas, programnya harus ajeg dan berkelanjutan. Contoh yang dilakukan XL Axiata melalui empat pilar bisa menjadi sample aspek ketiga ini.
Membangun kesejahteraan masyarakat dimulai dari terlibat saat terjadi situasi kebencanaan, baik jangka pendek maupun jangka menengah.
Sentra vaksin misalnya merupakan bentuk langsung mengeliminir sebaran virus Covid-19, sekaligus mendukung Kementerian Kesehatan mengejar target vaksinasi.
Sadar bahwa obyek dari penggunaan jaringan adalah unsur manusia, program pemberdayaan pun digelar di mana-mana. Targetnya tidak melulu fokus pada masyarakat yang selama ini dianggap ketinggalan akses informasi seperti di daerah 3T, di sisi masyarakat pedalaman pun diberikan bantuan pemakaian jaringan berupa donasi kuota.
Kaum perempuan dibidik karena segmen ini sejatinya merupakan pengguna internet aktif (menurut laporan APJII 2022), juga penggerak ekonomi kelas UMKM.
Fasilitas digital disiapkan sebagai bagian membangun ekosistem, puluhan ribu perempuan yang bergabung di Sisternet mendapat manfaat baik secara keilmuan maupun kemandirian.
Pemberdayaan manusia agar menjadi insan digital yang cakap khususnya kaum marginal “dikawinkan” dengan pemanfaatan perangkat lunak yang kelak mendukung pekerjaannya.
Cara ini menciptakan budaya inovasi teknologi yang output-nya berupa aplikasi maupun integrasi perangkat teknologi berbasis IoT.
Baca juga: Harga dan Spesifikasi Vivo V25 Pro 5G, Dapatkan Vivo TWS Air untuk Setiap Pembelian
Ada Smart Poultry di industri peternakan, lantas Laut Nusantara yang berguna benar bagi para nelayan yang selama ini disebut sebagai sosok penting industri maritim.
Sementara pembudidaya ikan kerapu dan udang di daerah Jawa Timur mengaku produksinya naik 20 persen berkat dukungan Smart Aquaculture.
Petani kopi menjadi terbantu berkat aplikasi Smart Coffee Monitor. Pengelolaan tanaman kopi sangat membutuhkan ketepatan untuk menghasilkan biji kopi berkualitas premium. Tahun 2021 produksi kopi Indonesia melonjak 2,75 %, menembus 774,6 ton.
Pemimpin masa depan
Bakal bermunculan lagi teknologi aplikatif yang sedang disiapkan lewat laboratorium-laboratorium bekerja sama dengan perguruan tinggi. Seluruh ciptaan berbasis teknologi digital itu memanfaatkan jaringan yang XL tersedia.
Generasi muda, atau mereka yang dianggap kelompok pemimpin masa depan (future leader) menjadi perhatian pengembangannya. Mulai dari memberi tempat untuk mengembangkan daya kreativitasnya terutama di ranah digital, hingga menyiapkan ruang berlatih guna mengasah kemampuan kepemimpinannya.
Mereka digembleng lewat program khusus, para guru didatangkan untuk melatih dan memandu. Kelengkapan belajar, sampai ponsel pintar dan kota data dibagikan, semua gratis.
Kesuksesan program XL Axiata Future Leader (XLFL) membuat saban tahun ribuan mahasiswa yang ingin kuat dalam menyongsong masa depan lantas mendaftar. Menariknya, di program ini mereka juga mendapat pasokan ilmu-ilmu kewirausahaan.
XLFL melahirkan ribuan calon pemimpin, sementara gagasan proyek IoT mencatat puluhan yang siap ditelurkan menjadi sarana aplikatif.
Aktivitas tanggung jawab sosial tidak cukup hanya memberi dan menyerahkan kepada masyarakat. Keterlibatan karyawan (employee engagement) yang merupakan salah satu bentuk juga mesti ada wujudnya.
Di perusahaan telekomunikasi seperti XL Axiata, kesadaran dan inisiatif itu rupanya muncul dari aset mereka sendiri, tinggal memberi wadah pelibatan lewat program bersama bangun negeri, alias berbagi. Masing-masing orang aktif sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya, mereka juga menyebarkan virus budaya perusahaan yang berprinsip pada good corporate governance.
Kompetensi karyawan tidak saja diberikan kepada perusahaan sesuai profesionalitasnya, masyarakat juga kebagian. Kendati sekadar mengajar ilmu teknologi informasi dan pemasaran, itu saja sudah sangat berarti. (*)
*) Jurnalis Telekomunikasi Senior dan Mantan Redaktur Kompas