Ini kelompok politik bersenjata berhaluan Islam Marxis, yang mendukung penuh Revolusi Islam Iran 1979.
Tapi kelompok ini diberangus setelah Khomeini berkuasa, anggotanya ditangkapi dan sebagian lain kabur ke luar negeri.
Kelompok lain adalah Tondar, sayap militan Majelis Kerajaan Iran yang menentang Khomeini. Jaringan mereka kebanyakan berada di Jerman dan AS.
Ada pula kelompok Mujahidin Rakyat (MEK), yang paling santer dikaitkan dengan berbagai operasi rahasia Mossad di Iran.
MEK bagian dari Dewan Perlawanan Nasional Iran (NCRI) yang menginginkan jatuhnya pemerintahan Republik Islam Iran.
Konfigurasi politik di Iran terhitung beragam, meski secara penampilan umum Iran terlihat monolitik karena dominannya kelompok Syiah.
Sebagian kalangan muda Iran juga sudah memiliki perspektif baru, tidak kaku dan konservatif seperti yang dijalankan pemerintahannya yang tunduk pada Ayatullah Khameini.
Kehidupan sosial kemasyarakatan di Iran, terutama di kota-kota besar, terlihat kosmopolitan dan agak terbuka.
Di sisi lain, kekuatan dan spirit revolusi Iran 1979 masih terasa akibat tekanan dan embargo yang dialami Iran selama berpuluh tahun.
Teknologi militernya, terutama pesawat nirawak (drone), sangat maju dan bahkan Rusia menggunakan produk Iran yang dimodifikasi untuk perangnya di Ukraina.
Begitu pula teknologi roket, rudal, dan antariksa Iran cukup pesat, bahkan melampaui capaian negara manapun kecuali Israel.
Nah, serangan teror di Kerman, tepat saat peringatan kematian Qassem Soleimani ini menjadi sangat signifikan di tengah kecamuk perang Gaza, Lebanon, Yaman, Suriah dan Irak.
Pembunuhan massal di Kerman itu secara mudah bisa dibaca sebagai bagian upaya menarik Iran masuk secara terbuka dalam perang besar di Timur Tengah.
Siapa yang paling berkepentingan? Secara geopolitik internasional, maka elite di Washington lah yang paling ingin Iran dihancurkan lewat peperangan.