(Oleh: JW Utomo/Diaspora Indonesia di Boston)
TRIBUNNERS - Pesta Demokrasi kembali marak berlangsung di negara kita, Republik Indonesia.
Semoga suasana yang sejuk, tertib, aman dan kondusif tetap terjaga dengan baik dan harmoni ditengah-tengah hiruk pikuknya slogan dan teriakan kampanye dari masing masing calon dan pendukung mereka.
Tak hanya keras dalam volume (dengan speaker atau mic besar) tapi juga keras dalam konten dan jesture nya itu.
Adalah tugas, kewajiban dan tanggung jawab semua kandidat, pemimpin partai, aparatur negara baik sipil, polisi maupun bila diperlukan pihak militer dan tentu saja seluruh dan setiap insan warga negara Indonesia untuk tetap berperilaku dan bertindak secara santun, civilized, toleran dan saling respek sekalipun berbeda opini, pendapat dan pilihan.
Sebab inilah momen yang sangat penting untuk mengetes dan menguji sejauh mana perilaku kehidupan dan budaya berdemokrasi di Indonesia ini bisa diukur.
Apakah budaya, perilaku dan kehidupan berdemokrasi kita (viz. elemen masyarakat Indonesia secara keseluruhan) memang sudah mencapai standar barometer yang kita inginkan dan idamkan atau masih saja dalam posisi yang terseok-seok pada standar barometer yang masih jauh dari yang kita inginkan dan idamkan?
Tentu saja kita semua berharap pesta akbar demokrasi Pemilu 2024 di semua level, wilayah dan daerah, khususnya Pemilu untuk memilih RI 1 dan RI 2 bisa berjalan dengan baik, tertib, lancar, bersih, transparan, aman dan kondusif tidak dikotori oleh adanya korupsi, kebencian, intimidasi dan kekerasan yang bisa merusak hasil Pemilu itu sendiri.
Aparatur-aparatur pejabat negara yang nantinya dipilih oleh rakyat untuk mengisi posisi mulai dari level terbawah hingga level RI 2 dan RI 1 dalam pesta akbar demokrasi Pemilu 2024 ini harus selalu ingat bahwa mereka ini bukan penguasa.
Sejatinya mereka-mereka itu adalah 'hamba' yang bekerja untuk dan bagi rakyat.
Dan setiap kebijakan, program serta tindakan/upaya dan penggunaan/pengeluaran/pemasukan setiap dana/uang, human resources dan natural resources (kekayaan alam) harus transparan, jelas, bersih-tidak korup dan bisa dikonfirmasi dan dipertanggung jawabkan dihadapan rakyat.
Sebab bila tidak Republik kita ini tak ubahnya seperti 'Republik Banana' yang jelas bisa membawa 'Kapal Besar RI' terombang-ambing tanpa tujuan atau bahkan mungkin bisa tenggelam kedalam samudera raya seperti Kapal Titanic itu.
Sekarang pertanyaan selanjutnya mengingat pentingnya rakyat memilih nakhoda kapal RI, setiap insan warga negara Indonesia yang berhak memilih haruslah dengan kesadaran diri tanpa intimidasi dan iming-iming uang dsbnya.
Sekali lagi haruslah menggunakan hak pilihnya dengan penuh tanggung jawab dengan jalan menentukan pilihan mereka untuk kandidat yang memang benar-benar Pancasilais, teguh berpegang pada Konstitusi UUD 45, toleran, tidak korup, berwawasan, dan bersih.
Republik kita sangat membutuhkan figur-figur pemimpin negarawan Pancasilais, teguh pada Konstitusi UUD 45, toleran, bersih, tidak korup dan berwawasan.
Sekarang adalah tugas dan tanggung jawab sang rakyat pemilih untuk menentukan hak pilihnya dengan hati-hati, cermat dan tepat berdasarkan rekam jejak, sepak terjang dan latar belakang setiap kandidat khususnya kandidat untuk posisi RI 1 dan RI 2 ini.
Dan pada hari H Pemilu 2024 nanti adalah tugas dan tanggung jawab para panitia penyelenggara Pemilu 2024 untuk benar-benar menjaga penyelenggaraan dan proses Pemilu dengan bersih, transparan tanpa korupsi sehingga hasil penghitungan setiap suara benar-benar dihargai dan dihitung secara cermat, teliti, hati-hati dan akurat.
Agar nantinya hasil Pemilu 2024 ini benar-benar legitimate, sah dan bisa diterima oleh semua pihak.
Semoga rakyat pemilih hanya akan memilih kandidat khususnya untuk posisi RI 1 dan RI 2 yang benar-benar fit berdasarkan rekam jejak, latar belakang dan perilaku serta karakter dan wawasan kebangsaan.
Seperti halnya yang telah terjadi di negara Amerika Serikat, konsekuensi memilih kandidat yang tidak fit dalam semua aspek dan kategori yang sudah disebutkan diatas akibatnya adalah kehidupan publik jadi terseok-seok, ekonomi amburadul.
Kita pun bisa belajar dari Pemilu yang baru saja berlangsung (tahun 2023) di negara Argentina di mana rakyat disana telah dengan tepat dan akurat memilih Capres dan Cawapres (Javier Milei dan Victoria Villarruel) yang sekarang ini telah dilantik secara resmi menjadi Presiden dan Wapres Argentina (10 Desember 2023).
Dan kita juga bisa belajar dari El Salvador yang pada Pemilu tahun 2019 lalu rakyat negara El Salvador yang ada di Sentral Amerika ini telah memilih kandidat presiden dengan tepat dan akurat yang benar-benar fit berdasarkan semua aspek dan kategori yang sudah disebutkan sebelumnya, namanya Nayib Armando Bukele Ortez yang juga sudah dilantik secara resmi menjadi signor el Presidente Nayib Bukele sejak 1 Juni 2019 itu.
Dua presiden (Presiden Milei dan Presiden Bukele) pilihan rakyat masing-masing negara tersebut sejauh ini telah benar-benar bekerja untuk rakyat pemilih mereka.
Kedua presiden ini pun sejauh ini sudah melakukan mandat rakyat sang pemilih dengan bersih, lugas, tegas, tidak korup dan tanpa beban pesan sponsor kelompok-kelompok elit globalista atau mafia berbahaya dan kelompok mafia konglomerat lainnya.
El Salvador yang tadinya adalah negara yang paling berbahaya sedunia dengan tingkat kriminal yang paling tinggi dalam waktu singkat setelah berada di bawah kepimpinan Presiden Nayib Bukele yang masih muda belia bisa menjadi sebuah negara yang paling aman dengan tingkat ekonomi, sosbud, pendidikan dan teknologi.
Harapan penulis sekali lagi semoga rakyat Indonesia menggunakan hak pilihnya dengan penuh tanggung jawab, tepat dan akurat untuk memilih sosok yang layak dan fit untuk mengisi posisi RI 1 dan RI 2 sebab terlalu besar konsekuensinya jika rakyat salah memilih.
Pilih dengan kesadaran diri tanpa rasa takut intimidasi dan janganlah peduli dengan iming-iming yang mungkin tersaji hari ini!
Selamat berpesta akbar demokrasi dan selamat mencoblos dalam Pemilu 2024 ini!