Wacana KIM Plus ini mulai menunjukkan tanda-tandannya. Nasdem yang awalnya pede akan mengusung Anies di Jakarta, kini mulai berpikir untuk mencari kadidat yang tepat dan belum tentu Anies.
Begitu juga PKB yang awalnya sudah mesra dengan Anies, kini kepengurusan di tingkat pusat PKB mulai mempertimbangkan kandidat lain.
PDIP juga belum tentu mengusung Anies. Nama Ahok mulai dimunculkan. Ahok dulunya adalah rival Anies di Pilgub Jakarta, bisa menjadi peluru kemenangan jika Anies tak maju.
Tinggal PKS yang awalnya menggaungkan akan mengusung Anies. Namun syaratnya wajib kader PKS yang jadi wakil gubernur. Dan sampai hari ini, gaung PKS mengusung Anies makin terdengar samar.
Anies sebagai warga negara berhak memilih dan dipilih. Namun karena persyaratan pencalonan harus mendapat dukungan 20 persen DPRD atau 21 kursi di Jakarta, maka parpol harus berkoalisi. itu terjadi lantaran di Jakarta tak ada parpol yang miliki 21 kursi.
Karena ini adalah kontestasi politik, strategi, lobi dan negosiasi adalah alat tempurnya. Jika satu parpol tak luwes atau ada kendala tertentu untuk berkoalisi dengan parpol lain, bisa jadi Pilkada Jakarta hanya diikuti satu kandidat dari KIM Plus.
Anies meski memiliki elektabiitas tinggi di Jakarta, belum tentu bisa diusung parpol karena tak ada larangan seluruh atau sebagian besar parpol bergabung dalam satu koalisi besar.
Karena bukan pengurus Parpol, Anies punya kelebihan yakni bisa melakukan lobi dan negosiasi ke pimpinan parpol agar mau mengusung dirinya di Jakarta.
Kita tunggu kiprah dan nasib Anies apakah semanis di Jakarta dulu? Apakah KIM Plus yang dikomandoi Jokowi-Prabowo sukses mengalahkan Anies?