Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Arfan
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR – Pagi begitu bergairah. Penduduk pribumi memulai aktivitasnya dengan penuh suka cita di tanahnya yang sangat subur.
Ada yang mencangkul di sawah dan memancing di sungai. Sebagian lagi terlibat jual beli kebutuhan pangan di sebuah pasar tradisional.
Namun tiba-tiba suara gemuruh menghenyakkan warga pribumi. Beberapa di antara mereka lari berlindung mendengar suara asing tersebut.
Beberapa lainnya saling memandang tak tahu entah akan berbuat apa.
Ternyata suara gemuruh tersebut adalah suara “burung besi” musuh yang siap memporak-porandakan warga pribumi beserta harta benda yang dimiliki.
Dari kejauhan terlihat seorang jenderal dan ratunya lengkap dengan serdadu bersenjata mematikan.
Suasana menjadi hening, lalu membuncah. Seketika, orang asing tersebut digdaya.
Warga pribumi menjerit kesakitan karena tak mampu menahan rasa sakit atas penindasan dan perbuatan keji sekelompok orang asing.
Usut punya usut, mereka berasal dari negeri Belanda. “Hancurkan mereka! Hancurkan!” teriak sang Jenderal Belanda.
Beberapa warga pribumi ditawan. Selainnya gugur, adapula yang terluka. Namun perlawanan pribumi kandas di situ.
Beberapa orang yang selamat mulai mengatur strategi. Selebihnya, mencoba latihan bertempur dengan peralatan bambu runcing.
“Sebagian menyerang dari sisi timur, sebagian juga dari utara,” instruksi seorang warga pribumi.
Perang sengit kembali pecah. Korban jiwa dua kubu berjatuhan. Namun berkat kegigihan berperang, warga pribumi berhasil memukul mundur penjajah.