Laporan Wartawan Tribun Lampung, Robertus Didik Budiawan Cahyono
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Sejumlah peternak sapi lokal di Kabupaten Pringsewu mengaku khawatir dengan rencana pemerintah membuka kembali keran impor sapi guna memenuhi kebutuhan sapi konsumsi di Indonesia.
"(Nanti) petani banyak mengalami kerugian. Artinya, kalau dari pemerintah hanya untuk menutupi kekurangan sementara ini mungkin tidak terlalu berpengaruh. Tapi kalau berkelanjutan masuk impor terus mungkin peternak sendiri yang banyak mengeluh nantinya," ujarnya, Gunarto (40), peternak di Dusun II, Pekon Tulung Agung, Kecamatan Gadingrejo.
Sebab, lanjut dia, dengan masuknya sapi impor secara terus menerus akan berdampak pada banyaknya sapi di pasaran yang bisa mempengaruhi harga sapi lokal, makin murah.
Tidak hanya itu, lahan rumput dia prediksi akan banyak berkurang.
Tapi, lanjut dia, apabila impor tersebut hanya sementara waktu guna memenuhi kebutuhan saat ini saja tidak akan berdampak.
Saat ini, menurutnya, kondisi beternak sapi lokal sudah baik.
Peternak lainnya, Marsuki (35), mengatakan harga sapi di wilayah tersebut berkisar Rp 8 juta per ekor untuk ukuran usia lima hingga enam bulan.
Pada 2014, sapi seusia itu hanya laku sekitar Rp 6 juta. Sedangkan sapi untuk persiapan kurban Idul Adha besok harganya mencapai Rp 15 juta per ekor.
Marsuki mengatakan, untuk penjualan sapi pun masyarakat tidak kesulitan karena sudah banyaknya pedagang.
"Setiap hari ada yang masuk ke desa kami mencari sapi," katanya.
Menurutnya, semakin banyaknya pedagang ini pun menjadi keuntungan bagi peternak. Sebab bisa menjadi perbandingan petani mengenai harga antara pedagang yang satu dengan yang lainnya.
Peternak pun akan melepas sapi peliharaannya kepada pedagang yang memiliki nilai tawar lebih tinggi.
Oleh karena itu, Marsuki berharap, pemerintah tidak mengimpor sapi terus menerus supaya tidak mengganggu geliat peternak sapi lokal.
"Saat ini banyak orang berantusias beternak sapi, seharusnya pemerintah memperjuangkan itu," ujarnya. (*)