Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS, JAKARTA. - Dalam gelaran Indonesia International Islamic Fashion and Products (IIIFP) 2015 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Selatan, Minggu (13/9/2015), Tenun Ikat Flores menghadirkan pakaian adat di tahun 569 Sebelum Maserhi.
Pakaian tersebut bernama Lawo Lambu atau biasa disebut Labung Gea yang berasal dari Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pakaian adat tersebut tidak membentuk hijab layaknya pakaian muslim lainnya.
Menurut penuturan pemilik Tenun Ikat, Alfonsa Horeng, pakaian tersebut merupakan baju kebesaran untuk perempuan yang masih memegang ritual adat.
Pakaian tersebut biasa dipakai saat ritual adat dan menari.
"Ini maknanya Lawo Lambu artinya baju kebesaran yang biasa dipakai wanita yang masih memegang adat ritual adat." ucapnya saat dikonfirmasi Tribunnews di Stan Tenun Ikat Flores.
Dalam penuturannya ia juga menyampaikan tentang Ikon Indonesia berupa patung asal Flores, yang dipajang di galeri kebudayaan Canberra, Australia yang menjadi kontrofersi antara Australia dan Indonesia.
Dalam ajang IIIFP 2015, mayoritas pakaian yang dipamerkan membentuk hijab layaknya pakaian nuansa Timur Tengah.
Namun Tenun Ikat Flores merupakan satu di antara pakaian adat yang tak membentuk hijab ke Arab-araban.
Ini menunjukkan bahwa Islam tidak menghapus kultur suatu bangsa, melainkan menyempurnakannya.
Sebagaiamana Islam yang turun untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (rahmattan lil 'alamin).