Laporan Wartawan Warta Kota, Ahmad Sabran
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jaringan narkoba internasional kerap menggunakan wanita WNI untuk dijadikan kurir. Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya dalam waktu sebulan saja, menyita sabu seberat 115 kg dan 5450 butir ecstasy yakni pada periode 2 Agustus-9 September. 23 pelaku yang diamankan terdiri dari 3 Warga Negara Asing (WNA) asal Nigeria, 3 WNA asal Tiongkok dan 17 WNI. Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Eko Daniyanto, menjelaskan, WNA memanfaatkan wanita Indonesia untuk dijadikan kekasih. Lalu, mereka menyelundupkan narkoba melalui penyamaran dengan berbagai cara.
“Negara kita adalah negara bebas berkunjung, kecuali ada red notice, kita tidak tahu seorang WNA adalah wisatawan atau jaringan internasional. Biasanya kita ungkap setelah pengembangan dari kurirnya,” ujarnya, di Mapolda Metro Jaya, Jumat (25/9/2015). Dikatakan Eko, jaringan Nigeria biasanya mencari “pengantin”, atau sang eksekutor pengambil barang . Biasanya mereka datang ke Indonesia tanpa membawa Narkoba. Kemudian mencari wanita dan berkenalan, dan dipacari.
Dengan modal uang yang banyak, para bandar dengan mudah mencari wanita di Jakarta. “Setelah mereka survei, dapat pengantin, bisa tiga sampai empat orang. Nah wanita-wanita ini yang dijadikan martir ketika barang datang. Mereka yang menjemput, kita tangkap mereka itu, setelah pengembangan baru kita tahu siapa yang mengendalikan. Sedangkan kurir di bawah selalu orang kita (WNI),” jelasnya.
Untuk sindikat China, kata Eko, mereka lebih banyak memilik menggunakan jaringan mereka sendiri. “Seperti yang terakhir kita ungkap, itu orang Hongkong. jaringan kurir dari Inggris, lahir dan besar di Hongkong, “ jelasnya. Eko mengatakan, Polisi dan BNN tidak bisa bekerja sendiri dalam memberantas jaringan internasional ini. Menurutnya, semua pihak baik dari Bea Cukai, Imigrasi, dan terutama masyarakat adalah ujung tombak pemberantasan narkoba yang dilakukan oleh WNA ini.