Nama Bromo berasal dari bahasa Sansekerta atau Jawa Kuna yaitu Brahma. Bagi suku Tengger, gunung Bromo merupakan gunung suci dengan latar belakang kronika sejarah Hindu majapahit yang kuat.
Warga Tengger mutlak menganut kepercayaan Hindu. Hubungan inilah yang menjadikan gunung Bromo adalah tumpah darah sedulur Tengger.
Ongkek, identik dengan sebuah pesta rakyat yaitu Yadnya Kasada. Sebuah ritual sakral masyarakat Tengger yang tinggal di kawasan Tengger, di sekitar Kaldera Bromo .
Ongkek ini akan mejadi puncak ritual yang dilarung dikawah Bromo. Kasada kali ini menjadi harapan baru masyarakat Tengger yang merajut harmoni dengan alam Bromo, setelah erupsi tahun 2010 lalu.
Keindahan, eksotisme dan religi sering terlihat berdampingan. Tindakan dan perilaku yang bijak senantiasa menjadi jembatan terjalinnya harmoni.
Konsep hidup suku Tengger adalah memegang pada keyakinan leluhur dan alam.
Bromo dan masyarakat Tengger adalah wujud semesta mikrokosmos tak dapat dipisahkan, karena Bromo adalah wujud mantra suci untuk dan dari sang Dewa.