Laporan Wartawan TRIBUN MANADO, Ferdinand Ranti
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Ditengah berkembangnya Kota Manado, masih ada masyarakat hidup di gubuk yang tidak layak dihuni. Tribun Manado menyambangi kediaman seorang janda Novtrianpi Makahanam
Pantauan Tribun Manado Selasa (15/12). Ibu dua anak ini sedang asik beres-beres rumahnya yang berukuran 4x5 sudah dalam keadaan roboh. Tidak beralaskan kaki mengatur dapur dan memasak di tungku (alat masak tradisional).
Begitu juga kesehariannya bergantung berjualan sayuran dan kelapa di pasar. Hasil memungut kelapa serta sayuran di hutan kemudian dijualnya kembali di pasar Tuminting.
"Pukul 04.00 subuh saya sudah turun rumah berjualan di pasar sampai pukul 5-6 soreh. Kalau ada kelapa jatuh dan ada sayuran barulah saya jualan," katanya.
Nenek 61 tahun ini menghuni di kediamannya sejak 35 tahun silam, suaminya meninggak sejak 21 tahun silam. "Seingat saya kondisi rumah saya seperti ini sudah sejak tahun 2012, dulunya tidak begini, tapi karena cuaca angin kencang roboh." Katanya.
Untung saja saat rumahnya roboh, dirinya tidak berada di rumah. "Mau bagaimana lagi, ingin sekali membangun rumah tapi tidak ada uang. Kalau hujan turun saya kebasahan tidur. Yang penting masih bisa ada tempat bertedu," katanya lagi.
Tempat dihuni ibu dua anak ini seakan seperti kandang ayam, malahan masih bagus kandang ayam, dibandingkan tempat yang di tinggalnya saat ini.
Novtrianpi mengaku memiliki dua anak bernama Yolanda saat ini berada di Solo dan Ervina berada di Sanger. "Sudah puluhan tahun saya tidak bertemu dengan anak saya, mungkin mereka sudah lupa," katanya.
Seorang janda hidup sebatangkara ini berharap Pemerintah memberikan dan menyalurkan bantuan untuknya. "Saya ingin punya rumah yang dihuni seperti rumah-rumah lainnya," katanya sedih