Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam diskusi publik mengenai refleksi kinerja Kabinet Kerja Jokowi-JK selama tahun 2015, Pengamat Ekonomi, Ichsanudin Noorsy mengkritik kebijakan penurunan harga BBM Premium yang dilakukan pemerintah.
Menurut perhitungannya, harga Premium seharusnya Rp 4.500, bukan Rp 7.150.
Ia memperhitungkan berdasarkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, Rp. 14.000 dan harga minyak berdasarkan West Texas Intermediate, US $ 37 dan plus keuntungan yang diambil sebesar Rp 250 per liter.
"Nilai tukar Rp 14.000, harga West Texas Intermediate, 37 Dollar (AS) per barrel, maka harga per liter jadinya Rp 4.250, saya buletin nih. Oke, ada kemungkinan untuk keuntungan lebih besar tambahin deh Rp 250," ucapnya dalam diskusi "Benarkah Kabinet Kerja Jokowi-JK Gagal?" di Restoran Handayani Prima, Jl. Matraman Raya, Jakarta Timur, Kamis (24/12/2015).
Lebih lanjut ia menjelaskan, berdasarkan logika yang dikaitkan dengan pernyataan Menteri ESDM, Sudirman Said, maka harga BBM Premium yang saat ini sebesar Rp 7.150 merupakan hasil pemborosan yang dilakukan Pertamina.
"Ketemu argumentasinya Sudirman Said, faktor yang kita perhitungkan dalam rangka BBM adalah soal tingkat efisiensi Pertamina, harus diakui bahwa harga yang sekarang disebabkan juga Pertamina boros!" tambahnya.
Dalam diskusi yang dihadiri puluhan orang tersebut, turut hadir Anggota Pansus Pelindo 2 DPR RI, Masinton Pasaribu. (*)