Laporan Wartawan Tribun Medan, Tarmizi Khusairi
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Wakil Pimpinan Muhammadiyah Sumatera Utara Prof Dr H Nawir Yuslem, MA mengatakan saat zaman
Rasulullah gerhana matahari pernah terjadi jelang anak Rasulullah, Ibrahim, wafat.
Pada malam sebelum terjadi gerhana, Ibrahim wafat, lalu dimakamkan di Pemakaman Al-Baqi pada pagi hari menjelang gerhana.
"Saat itu masyarakat berasumsi bahwa terjadinya gerhana matahari karena anak Rasulullah wafat," katanya di Kampus PascaSarjana UMSU di Jalan Denai, Senin (7/3/2016).
Saat itu Rasulullah mengatakan gerhana matahari dan wafat seseorang tidak ada hubungannya," ujarnya.
Rasulullah, kata Nawir, menyarankan jika ada gerhana matahari untuk melakukan Salat Gerhana, dengan cara dilakukan berjamaah, tanpa azan dan iqamah.
"Dikerjakan sebanyak dua rakaat. Dimulai dari takbir, rukuk, qiyam dan sujud dua kali pada masing-masing rakaat. Pada masing-masing rakaat dibaca Al-Fatihah dan surat dengan jahar," ucapnya.
Dia menambahkan, setelah Al-Fatihah dan surat, lalu takbir, rukuk dengan membaca tasbig, bangkit berdiri lurus, lalu membaca Al Fatihah dan surat.
Lalu ruku kembali, bangkit, lalu sujud. Selanjutnya mengerjakan rakaat kedua seperti rakaat pertama, setelah itu khutbah.
Lihat video di atas. (*)