News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Presiden MADN Tegaskan Masyarakat Dayak tak Terkotak-kotak

Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Presiden Majelis Adat Dayak Nasional, Cornelis mengungkapkan tujuan dibentuknya organisasi tersebut, agar di masa mendatang, orang-orang Dayak dapat menjadi tuan di negerinya (tanahnya) sendiri.

Kemudian agar masyarakat Dayak tidak hilang maupun terkotak-kotak dalam agama.

"Agama Jangan menjadi persoalan. Tidak boleh mensekat-sekat. Ambil contoh saja batak dengan berbagai agama, namun marga bataknya tetap tertulis. Kita ini setelah masuk salah satu agama, lalu lupa diri," ungkap Cornelis saat melantik enam Majelis Pertimbangan dan 344 orang pengurus Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) masa bakti 2015-2020, di Rumah Adat Radakng, Jl Sultan Syahrir Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (7/4/2016).

Cornelis menegaskan, menurutnya pemikiran tidak mengkotak-kotakan diri, juga perlu diberlakukan masyarakat Dayak dalam melakukan peran politik, terutama dalam politik praktis.

"Jangan dibawa ke sana karena di dalam ini bermacam-macam orangnya, dari berbagai partai, tetapi bagaimana hal itu berguna untuk kepentingan masyarakat Dayak. Kalau pendidikan politik, itu bisa, itu namanya pembelajaran dan pencerahan, tetapi kalau untuk kepentingan kelompok jangan dibawa-bawa karena nanti akan pecah dan berkelahi," katanya. 

Lanjutnya, selaku lembaga independen untuk membantu pemerintah, dalam rangka percepatan pembangunan di semua sektor.

Tugas MADN saat ini ialah bagaimana sebagai warga negara Indonesia, dapat menjadi warga yang terhormat karena dipandang oleh negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

"Ini tujuan kita menunjukkan keberadaan kita ini ada. Saya bukan omong kosong, bukan ngarang atau menduga-duga. Secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan."

"Baik menurut antropologi budaya maupun forensik, Kalimantan ini milik orang Dayak. Tetapi kita ini jadi apa? Kita ini jadi sampah. Jadi target-target semua. Katanya ini negeri berpancasila, tetapi perilaku kita tidak melaksanakan dengan baik," terangnya.

Menurut Cornelis pula, tantangan ke depan yang akan dihadapi, bagaimana sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, masyarakat Dayak dapat ikut andil mengambil bagian di semua lini atau sektor, agar tidak ketinggalan.

"Masyarakat dayak jangan bersungut-sungut kepada pemerintah maupun penguasa. Kita harus lebih eksis dan mampu menunjukkan diri," ucapnya.

Cornelis menambahkan, dengan adanya MADN, masyarakat Dayak dapat setara, untuk berperan mengambil bagian di dalam pembangunan, baik di dunia politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun lainnya.

Sebelum melantik ratusan pengurus MADN, Presiden MADN Cornelis yang juga selaku Gubernur Kalimantan Barat melaksanakan ritual adat pengukuhan dirinya sebagai Presiden MADN.

Pengukuhan Presiden serta Pelantikan Pengurus MADN ini dihadiri Gubernur dan Bupati se-Kalimantan.

Tokoh masyarakat Dayak di Kalimantan, baik dari Indonesia maupun yang berasal dari Sabah dan Sarawak Malaysia. Tak hanya itu, tampak pula tokoh-tokoh masyarakat dari etnis lain, di antaranya dari Melayu, Tionghoa serta Madura. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini