Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yurike Budiman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak jauh dari Pelabuhan Sunda Kelapa, terdapat Masjid tertua bernama Masjid Keramat Luar Batang, yang berada di Utara Jakarta.
Keberadaan Masjid Keramat Luar Batang yang terkenal dengan adanya makam Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus ini, semakin membuat ribuan peziarah setiap minggunya mendatangi makam dan berdoa di masjid tersebut.
Masjid tertua yang termasuk dalam kawasan Sunda Kelapa Heritage, Penjaringan, Jakarta Utara ini, menyimpan kisah yang turun temurun dipercaya oleh warga Luar Batang.
"Dulu saat beliau wafat di sini dan hendak dimakamkan ke Tanah Abang, nyatanya sekitar tiga sampai lima kali, jenazahnya masih berada di rumahnya, yang sekarang menjadi tempat makamnya," ujar Sekretaris Pengurus Masjid Keramat Luar Batang, Mansyur ditemui Tribunnews.com di kantornya pada Rabu (13/4/2016).
"Saat dibawa warga, selalu berada di luar keranda, jadi disebut Luar Batang," ungkapnya.
Warga Luar Batang meyakini cerita tersebut ada sejak kampungnya terbentuk pada abad 12 hingga sekarang.
"Makam beliau yang sekarang itu adalah rumah beliau. Dulu rumahnya kecil, sekaligus tempat tidur. Ya, mirip kontrakan zaman sekarang, saking kecilnya," ujarnya.
Sebelum Habib Husein datang ke Batavia pada 1736, dipastikan sudah ada kampung dan musala.
Dulu kampung yang berupa atol atau sebuah pulau yang terbentuk dari endapan tanah ini, memang hanya berupa rawa.
"Habib Husein yang mengembangkan musala yang ada menjadi masjid. Data yang kami dapat baru tiga kali renovasi namun sudah mengubah bentuk dasarnya sejak 200 tahun yang lalu. Terakhir pada 1992," jelasnya.
Kampung yang dilindungi dan masuk kawasan kota tua tersebut dulunya bernama Kampung Baru.
"Dahulu Kampung Luar Batang bernama Kampung Baru. Setelah Habib Husein datang ke Batavia, hingga akhir hayatnya dihabiskan di kampung tersebut, barulah muncul nama Luar Batang," ujarnya.
Luar Batang memang menjadi julukan Habib Husein karena misteri wafatnya yang tidak ada di keranda setelah berkali-kali dibawa untuk dimakamkan.
Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus ialah seorang pendakwah, pesyiar yang berasal dari Habramaut, Yaman.
"Di sana sekian lama sekitar 15 sampai 20 tahun, beliau berguru pada Quthbil Irsyad, Al Imam Abdullah Bin Alwy Al Haddad. Setelah gurunya meninggal, beliau izin kepada ibunya untuk syiar Islam, dan akhirnya beliau hijrah," jelas Masyur bercerita riwayat Habib Husein.
Ia mengatakan negara pertama yang dikunjungi adalah India, di kota Gujarat. Dari sana beliau hijrah lagi ke Bumi Nusantara.
"Persinggahan pertama ada yang bilang di Banda Aceh, lalu ke Banten, Jawa Timur (banyak versi di antaranya Surabaya atau Kediri)," ujar Mansyur.
"Setelah dari sana hijrah lagi ke Cirebon akhirnya berlabuh di Sunda Kelapa dan pada akhirnya menetap hingga akhir hayat di Kampung Luar Batang yang dulunya bernama Kampung Baru," ungkap Mansyur.
Habib Husein meninggal pada 17 Ramadhan 1756. Kurang lebih 20 tahun ia tinggal di Luar Batang dan mempunyai murid bernama Haji Abdul Kadir, yang makamnya terletak berdampingan dengan makam Habib Husein.
"Habib Husein merupakan cucu nabi urutan ke-32 dilihat dari silsilahnya," ucap Mansyur melanjutkan kisah Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. (*)