Bahkan di sela sela ilalang tersebut dijadikan tempat pembuangan sampah.
Selain itu pagar besi bangunan yang berada di sebelah kiri rumah sakit juga sebagian berkarat dan rusak. Tak hanya itu, aspal jalan di dalam kawasan rumah sakit terkelupas dan berlubang.
Rumah sakit tersebut tampak seperti bangunan tua. Hanya terdiri satu lantai kecuali bagian apotek dan sekolah Akademi Keperawatan.
Lorong atau koridor menjadi pintu utama masuk ke rumah sakit tersebut. Di sisi kanan dan kiri terdapat ruangan layanan rumah sakit.
Saat Tribun menyambangi rumah sakit itu pada Selasa (19/4) siang, aktivitasnya tak seramai rumah sakit pada umumnya.
Parkiran kendaraan yang berada di depan lobby rumah sakit tidak semuanya terisi.
Di bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD) hanya ada dua orang keluarga pasien yang sedang menunggu.
Ruang tunggu di bagian layanan patologi, mikrobilogi, dan layanan lainnya juga tampak sepi.
"Setiap hari memang seperti ini, tidak terlalu ramai, karena rumah sakitnya juga tidak terlalu besar," ujar salah seorang petugas keamanan RS Sumber Waras yang menolak ditulis namanya.
Yang tampak ramai justru di bagian Akademi Keperawatan Sumber Waras yang berada di atas lahan yang kini milik Pemprov DKI.
Sejumlah mahasiswa tampak sedang bermain futsal di lapangan yang berada di dalam komplek rumah sakit.
Begitu juga mahasiswa lainnya yang sedang bercengkrama di depan asrama.
Meski lahan telah dijual kepada pemprov DKI, namun sekolah keperawatan tersebut masih membuka pendaftaran mahasiswa baru.
Itu tampak dari baner dan baliho peneriman mahasiswa angkatan 2015/2016 yang terpampang di depan rumah sakit. (*)