Laporan Wartawan Surya, Rahardian Bagus P
TRIBUNNEWS.COM, MADIUN - Tim arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penggalian di situs Kedaton atau situs Ngurawan di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Penggalian di halaman milik warga bernama Gatot Suhanto itu, dilakukan setelah peninjauan oleh tim arkeolog pada Maret 2016.
Dari hasil peninjauan, ditemukan dua umpak terbuat dari batu andesit berukuran besar tak jauh dari lokasi penggalian.
Kepala tim penelitian, Rita Istari mengatakan, penggalian yang baru sekali dilakukan ini, diharapkan dapat mengungkap peninggalan budaya di situs Ngurawan.
"Jadi tujuan kegiatan ini, untuk mengetahui bentuk dan karakter tinggalan arkeologi di situs Ngurawan ini, meliputi arsitektur dan luas sebaran situs," terangnya saat ditemui di lokasi, Selasa (27/9/2016) siang.
Situs Ngurawan, kata Rita, selain memiliki potensi tinggalan arkeologi, juga memiliki toponim atau nama tempat yang dapat dikaitkan dengan masa lampau.
Ngurawan dikaitkan dengan nama Wurawan, seperti yang ditulis dalam prasasti Mula-Malurung bertuliskan angka tahun 1177 saka/ 1255 masehi.
Prasasti itu dikeluarkan raja Jayawisnuwardhana yang bergelar Narayya Smining Rat. Prasasti itu ditemukan di Kediri namun tidak lengkap karena 3 lempeng yang lain sudah hilang.
Pada sisi ke 4-6 di lempengan prasasti disebutkan bahwa Raja Jayawisnuwardhana telah mengangkat putrinya bernama Turukbali sebagai penguasa di Glang-glang, bersama suaminya Sri Jayakatyang.
"Banyak toponim, persamaan nama tempat dengan nama kerajaan zaman dulu. Ada Desa Doho, Desa Gelang. Dulu diasumsikan bahwa telah ditemukan prasasti yang menyebut nama Sri Jayakatyang, dia pernah memerintah di kerajaan Glang-glang," jelasnya.
Dikatakannya, Glang-glang diperkirakan berlokasi di antara Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo.
Berdasarkan informasi dari penduduk di Kecamatan Dlopo, terdapat nama dukuh Glang di Desa Glonggong yang berbatasan dengan Dusun Ngurawan sekarang.
"Mungkinkah toponim nama dukuh tersebut dapat dikaitkan dengan nama Glang-glang yang disebutkan dalam prasasti Mula-Malurung? Hal itu masih harus dilakukan penelitian lebih mendalam," ujarnya.
Selain itu, nama Jayakatyang dari Glang-glang ini juga disebutkan dalam prasasti Kudadu 1216 saka/ 1294 Masehi yang ditemukan di Gunung Butak.
Namun, lanjut Rita, jika dikaitkan dengan prasasti yang tertulis di sebuah umpak yang ditemukan tak jauh dari lokasi penggalian, diperkirakan usia bangunan terbuat dari susunan batu bata itu sama.
Kini umpak bertuliskan prasasti itu berada di halaman sekolah dan masjid milik yayasan Ibaduhrohim/MI Throiqul Huda, di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo.
"Di situ (umpak) tertulis angka tahun 1320 Saka/1398 Masehi. Yang tertera di umpak yang kami temukan, sehingga diperkirakan (usianya) hampir sama, satu zaman," terangnya.
Selama melakukan penggalian, selain ditemukan struktur bangunan terbuat dari batu bata (tanah liat), tim juga menemukan pecahan atau fragmen dari bahan gerabah atau tembikar.
"Ada tempoyan, kendi, cawan juga ada pecahan keramik, juga rangka," katanya.
Temuan-temuan tersebut akan dikumpulkan dan didata selanjutkan akan diteliti lebih lanjut.
Sementara itu, peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional, Prof.Ris.DR.Bambang Sulistyanto yang ikut terlibat dalam penelitian memperkirakan Situs Ngurawan dulunya merupakan sebuah pemukiman kuno yang ditempati warga beragama Hindu.
"Dulu di sini ramai sekali. Karena ada banyak bangunan-bangunan seperti ini. Ini menunjukan, situs ini pusat kehidupan manusia tapi tingkat kecamatan," jelasnya.
Meski demikiaan, saat ini belum diketahui apakah struktur bangunan di Situs Ngurawan bersifat sakral atau hanya bangunan profan.
"Tapi yang jelas ini situs pemukiman kuno. Dan di sekitar desa ini ada banyak sekali," kata Bambang yang mengaku sudah berkeliling ke beberapa desa di Kecamatan Dlopo.(*)