TRIBUNNEWS.COM - Tekad Gubernur Lampung M Ridho Ficardo menjadikan Bandara Raden Inten II Branti, Lampung Selatan, berstandar internasional tinggal menghitung hari.
Wajah baru bandara tersibuk ketiga di Sumatera ini hari demi hari makin tampak moncer.
Mengadopsi gaya futuristik, Ridho menargetkan bandara ini melayani rute internasional mulai pada tahun 2017.
Siang malam pembangunan bandara dikebut agar akhir tahun ini pembangunan rampung dan beroperasi penuh mulai Januari 2017.
“Pada jam sibuk, kami menargetkan bisa melayani 1.100 penumpang per jam,” kata Kepala Bandara Radin Inten II, Satimin, Rabu (5/10).
Bandara Radin Inten II merupakan satu-satunya di Indonesia yang memiliki gedung parkir berlantai empat di bawah pengelolaan Kementerian Perhubungan.
Pembangunan gedung parkir berkapasitas 700-800 kendaraan ini, menurut Satimin, untuk mengantisipasi peningakatan arus wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman) menuju destinasi utama Lampung seperti arena berselancar Tanjung Setia, Krui, Pesisir Barat, sekolah gajah Taman Nasional Way Kambas, habitat alam lumba-lumba Teluk Kiluan, dan pesona bawah Laut Pulau Puhawang.
Akses wisatawan menuju Tanjung Setia selama ini masih didominasi lewat darat.
Pasalnya, baru satu penerbangan perintis ke Tanjung Setia dari Bandara Radin Inten II ke Bandara Pekon Serai, Liwa, Lampung Barat yakni Susi Air.
Itu pun hanya terbang seminggu sekali dengan kapasitas 12 penumpang. Jarak tempuh Bandara Radin Intan II ke Tanjungsetia sekitar 273 km atau sekitar enam hingga tujuh jam perjalanan.
“Dulu kami hafal siapa-siapa saja penumpang yang rutin lewat bandara ini. Tapi sekarang, hampir semua wajah-wajah baru. Itu artinya terjadi peningkatan ekonomi yang berdampak pada kenaikan arus penumpang dari dan keluar Lampung. Kami berterima kasih Gubernur Lampung mengantisipasi ini sejak awal,” kata Satimin.
Dukungan Gubernur Lampung terhadap moderninasi Bandara Radin Inten II berupa penghapusan aset gedung VIP dan gedung selasar parkir milik Pemerintah Provinsi Lampung.
Dukungan lainnya, pembebasan lahan seluas 275,5 ha, sehingga landasan pacu (runway) mencapai 3.000 meter.
“Pemerintah Provinsi Lampung bersedia menghapuskan dan menghibahkan aset-aset itu, jika lokasi tersebut untuk perluasan terminal,” kata Ridho Ficardo.
Bandara Radin Inten mampu melayani 3.350 penumpang setiap hari.
Ketika beroperasi penuh di 2017, jumlah penumpang yang mampu dilayani mencapai 8.000 per hari atau tiga juga penumpang per tahun.
Kapasitas apron mampu menampung 10 pesawat dengan 50 pergerakan pesawat per hari.
Jumlah pergerakan itu hanya beda tipis dengan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang yang mencapai 60 pergerakan per hari.
Saat ini, terdapat lima rute penerbangan yakni Lampung-Jakarta yang dilayani Garuda Indonesia (enam kali), Sriwijaya Air (lima kali), Nam Air (satu kali), dan Lion Air (dua kali per hari). Kemudian, Lampung-Halim Perdanakusuma dilayani Wings Air sebanyak tiga penerbangan per hari.
Rute lainnya, Lampung—Bandung dilayani Wings Air (dua kali), dan Express Air sekali sehari.
Lalu, Rute Lampung—Batam dilayani Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia masing-masing sekali penerbangan tiap hari.
Rute yang juga cukup sibuk yakni, Lampung—Palembang yang dilayani Wings Air, Express Air, dan Garuda Indonesia. Sedangkan rute Lampung—Krui dilayani Susi Air sekali seminggu dari jadwal seharusnya tiga kali seminggu.
Sebagai bandara kelas internasional, akses menuju Bandara Radin Inten II kini dilengkapi angkutan pemandu moda yakni bus Trans Lampung menuju ibukota Bandar Lampung yang mencapai 28 km.
Pada 2017, akses bus ke Bandara, menurut GM Damri Lampung Yulianto, diperkuat armada Damri ke jurusan Kalianda (Lampung Selatan), Metro dan Sukadana (Lampung Timur), Liwa (Lampung Barat), dan Tulangbawang via Bandar Jaya (Lampung Tengah).
“Dukungan bus angkutan pemandu moda merupakan syarat menjadi bandara internasional,” kata Yulianto.
Dukungan terhadap kemudahan akses wisatawan ke arena berselancar Tanjung Setia, juga didukung kesiapan Pemkab Pesisir Barat menghibahkan aset tanah Bandara seluas 76 ha kepada Kementerian Perhubungan.
Gubernur Ridho menyebutkan, pada APBD 2016, Pemprov Lampung membantu Study Review Master Plan Bandara Pekon Serai yang dikembangkan panjangnya menjadi 2.200 meter dari saat ini 23 m x 1.100 m.
“Hanya lewat Bandara Pekon Serai wisatawan cepat sampai ke Tanjung Setia,” kata Ridho.