TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tour Operator asal Eropa Timur dan Tengah, peserta Famtrip (familliarization trip, red) Danau Toba nyaris tak bernafas.
Untung mereka cepat-cepat sadar, dan bisa menghirup udara dari hidung mereka.
Dan, ke-16 Tour Operator asal Polandia, Austria, Hungaria, Slovakia, Bulgaria serta perwakilan Emirates, UEA itu selamat dari shock.
Tapi, jangan buru-buru berkesimpulan negatif, mereka shock melihat keindahan budaya Huta Bolon Simanindo.
Kekaguman mereka sampai terbengong-bengong. Mereka membuka mulut, lama, dan tidak sadar bernafas tidak melalui hidungnya, tetapi melalui mulut yang terbuka.
Mereka terpukau oleh keindahan danau supervulkanik terbesar di dunia itu. Mereka juga terperanjat oleh penampilan atraksi budaya Batak yang wow.
Tour Operator asal Eropa Timur dan Tengah, peserta Famtrip (familliarization trip, red) Danau Toba terpukau oleh keindahan Danau Toba.
Aura ethnic culture terasa kuat terpancar di Huta Bolon Simanindo.
Warisan kebudayaan Batak yang khas. Para penari tortor menyapa ramah kepada belasan peserta famtrip dari berbagai negara itu.
Soal & Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 SMA Halaman 116 : Menemukan Arti Kosakata dengan KBBI
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Hal 101: Apa arti kosakata 'Mantra' dengan menggunakan KBBI?
Mereka menampilkan tarian yang berasal dari suara entakan kaki penarinya lengkap dengan iringan musik khas Batak.
Mendapatkan suguhan tari tortor yang unik nan anggun itu, belasan peserta Famtrip yang dikoordinir KBRI Warsawa itu langsung membidikkan lensa ke arah para penari.
Semua seperti enggan melewatkan momen yang hampir tidak pernah mereka jumpai itu.
“Pertunjukan budaya saya rekam. Ini sangat unik dan luar biasa. Jadi rupanya bukan hanya Sea, Sand and Sun (3S) yang kami temukan, tetapi traveller dari negara saya juga antusias melihat culture. Dan itu bisa saya ditemukan di Pulau Samosir yang ada di tengah Danau Toba,” ungkap Svetoslav Rumenov Stefanof, Co-Founder Booking Expo Bulgaria.
Dan tak hanya Stefanof yang terkesima. Vivien Farkas, Product Development Manager Tensi Hongaria, juga ikut ‘tersihir’ oleh pesona budaya Batak yang dipertontonkan.
Tarian seremoni yang disajikan dengan musik gondang, benar-benar memikat mereka. Belum pernah dijumpai di belahan bumi manapun.
”Indonesia kaya akan budaya. Yang ingin menyaksikan wisata budaya, rupanya di sinilah tempatnya,” ucap Farkas.
Joanna Maria Blachura, Product Manager Memories Vacation Polandia lain lagi.
Dia mengaku takjub saat melihat Museum Hota Bolon Simanindo yang lokasinya berada di sekitaran acara persembahan tari.
Bagi yang senang sejarah dan budaya, museum ini sangat menginspirasi.
Ada banyak peninggalan budaya Batak yang bisa dilihat di sana.
Dari peninggalan-peninggalan peradaban Batak, arsitektur perkampungan kuno, deret tugu atau makam raja-raja Batak, hingga rumah adat Batak berbentuk panggung komplit dengan pahatan di atas kayu, semua tersaji di museum ini.
“Dan saya baru tahu kalau museum ini namanya telah masuk ke dalam daftar destinasi Lonely Planet. Ini sangat pantas. Culture Batak-nya sangat kuat,” ungkap Joanna.
Lonely Planet adalah buku panduan perjalanan wisata dan penerbit media digital terbesar di dunia.
Pembacanya sudah menyebar luas di seluruh dunia.
Dan buku panduan traveller dunia ini, menempatkan Museum Huta Bolon Simanindo pada peringkat pertama dari 14 kegiatan yang harus dilakukan bagi wisatawan yang mengunjungi kawasan Danau Toba.
“Danau Toba adalah kombinasi liburan yang sempurna. Naturenya bagus. Culture-nya juga sangat beragam. Tinggal sedikit dipoles, ditata kembali dan direvitalisasi dengan standar global supaya bisa menjadi destinasi wisata kelas dunia,” timpal Katarzyna Barbara Slowinska, Operation Director Ecco Holiday Polandia.
Menpar Arief Yahya mengucapkan terima kasih atas apresiasi dari 16 peserta Famtrip dari Eropa Timur yang dikoordinasi KBRI Warsawa yang dipimpin Dubes Peter F Gontha itu.
Ketika mereka senang dan puas, tentu itu kebahagiaan bagi Menpar.
“Karena mereka akan menceritakan, membuat paket, dan menjual wisata Danau Toba di Eropa. Dari dulu wisman Eropa memang mendominasi di Danau Toba,” kata Arief Yahya.