News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Masjid Agung Bente, Wisata Sejarah dan Reliji Wakatobi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Agung Bente

TRIBUNNEWS.COM - Wakatobi tak melulu tentang keindahan bawah laut, namun banyak wisata sejarah dan reliji yang bisa dinikmati di kepulauan itu. Masjid Agung Bente salah satunya.

Berada di tengah-tengah Benteng Tua seluas 7 hektar di atas bukit Desa Ollo, Masjid Agung Bante adalah saksi bisu kedatangan Islam di Wakatobi, bukti sejarah yang relatif unik.

Masjid Agung Bente dibangun tahun 1401 oleh Haji Pada, seorang petualang yang terdampar di Kaledupa -- salah satu pulau besar di tenggara Pulau Wangi-wangi.

Cerita tutur yang diwariskan leluhur Kaledupa menyebutkan tidak ada yang tahu nama asli Haji Pada. Dalam bahasa lokal, pada berarti alang-alang. Sebelum mendirikan masjid, Haji Pada melaksanakan shalat di atas alang-alang kering.

Versi lain menyebutkan pada adalah sebutan untuk Padang. Jadi Haji Pada berasal dari Padang.

Titik tengah di dalam bangunan masjid terdapat tanda khusus yang sampai sekarang masih dijaga keasliannya. Diriwayatkan, titik tengah itu adalah lokasi pemakaman hidup-hidup seorang putri dengan baju kebesaran setempat.

Pemakaman terjadi jauh sebelum pembangunan masjid dimulai. Ada mitos, masjid sempat tiga kali direnovasi, tapi tiga penggagas renovasi menemui ajal dengan sebab tak diketahui.

Selain punya nilai sejarah dan sarat mitos, masjid menyimpan banyak makna di setiap bagiannya. Jumlah ruas kayu di dalam masjid, misalnya, sama dengan jumlah tulang pada manusia.

Di depan pintu masuk masjid terdapat beberapa batu yang diletakkan sebagai lantai, yang menggambarkan organ dalam manusia seperti hati, paru-paru, limpa dan lain-lain. Di bagian depan teras masjid terdapat dua "goje-goje" (serambi) tempat bermusyawarah. Di kedua pinggir tangga masjid terdapat dua guci tua tempat mengambil air wudhu.

Pintu dan jendela masjid bersejarah berukuran kecil ini berjumlah tujuh belas, yang melambangkan jumlah kewajiban rakaat shalat yang harus dipenuhi setiap Muslim. Sedangkan anak tangga menuju halaman masjid berjumlah tujuh, yang menurut informasi berhubungan dengan tradisi dan kebudayaan masyarakat setempat, yaitu empat melambangkan tingkatan manusia dan tiga lainnya melambangkan unsur pengawal raja.

Yang juga terkait dengan sejarah adalah letak masjid di sebuah bukit tidak luas tapi memiliki panorama memikat. Sejak fajar menyingsing hingga matahari terbenam dapat kita menyaksikan keindahan alam sekitar masjid.

Lembah di sekitar bukit berselimut beragam pepohonan rimbun yang berjejer hingga ke pantai pun dapat kita nikmati dari atas bukit ini. Keindahan perairan Kaledupa yang biru dan desiran ombaknya bisa kita nikmati dari teras masjid.

Pulau Kaledupa memiliki segalanya. Dasar laut yang indah, dan menjadi destinasi selam internasional, sekujur pulau yang kaya peninggalan sejarah, serta budaya masyarakatnya yang beragam.

Masjid Agung Bente telah mengalami renovasi. Semula, masjid beratap alang-alang dengan satu tiang penyangga. Setelah terjadi kebakaran, atap masjid diganti seng dan tiang penyangga ditambah menjadi empat. Dinding masjid terbuat dari batu dan kapur.

Pemugaran pertama tahun 1990. Namun pengubahan pondasi dilakukan sejak 1980-an. Lima tahun setelah pemugaran pertama, dilakukan lagi renovasi kedua.

Kini, kondisi fisik Masjid Agung Bante memprihatinkan. Keinginan untuk mempertahankan bentuk asli masjid, menyebabkan struktur dan kayu yang menopang masjid terus dimakan usia.

Sebagai satu dari 10 Top Destinasi Prioritas, Wakatobi -- kependekan dari nama empat pulau besar; Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko -- memberikan banyak pilihan tema wisata kepada pengunjung. Masjid Agung Bante adalah bagian dari tema wisata sejarah dan reliji di Wakatobi.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan Indonesia harus memiliki theme park berskala internasional di seluruh dari 10 Top Destinasi Prioritas. Pembangunan thema park bisa dimulai dari mana saja; Wakatobi, Borobudur, Tanjung Lesung, Tanjung Kelayang, Labuan Bajo, Morotai, Gunung Bromo, Danau Toba, dan Kepulauan Seribu.

Theme Park tidak harus sejarah dan reliji, tapi juga budaya dan kekuatan atraksi lainnya. Khusus Wakatobi, menurut Menpar Arief Yahya, bisa melakukannya menyusul terbentuknya Badan Otorita Pariwisata (BOP).

Kehadiran thme park dipastikan akan membuat Wakatobi memiliki kekuatan untuk menjadi destinasi internasional.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini