News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mulai Terkikis Zaman, Begini Cara Melestarikan Warisan Budaya Tak Benda Ukiran Gorga dan Tenun Ulos

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kegiatan 'Workshop Sosialisasi Karya Gorga dan Tenun Ulos' yang dilakukan oleh para peserta program UNESCO Jakarta di wilayah Kawasan Danau Toba, di Ruang Galeri Seni Rupa Jurusan Seni Rupa, Universitas Negeri Medan (UNIMED), Kamis (9/12/2021). (UNESCO Jakarta)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia tentunya dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah dan wajib untuk dilestarikan.

Salah satu budaya yang wajib untuk dijaga ini adalah Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) 'Gorga dan Ulos' dari Sumatera Utara.

Banyak upaya yang bisa dilakukan para generasi penerus bangsa untuk melestarikan warisan budaya satu ini.

Satu diantaranya melalui pertukaran ilmu yang bisa dilakukan oleh para praktisi wirausahawan muda serta para mahasiswa.

Melalui pertukaran ilmu ini, diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai budaya yang ada saat ini.

Kolaborasi ini berlangsung dalam kegiatan 'Workshop Sosialisasi Karya Gorga dan Tenun Ulos' yang dilakukan oleh para peserta program UNESCO Jakarta di wilayah Kawasan Danau Toba, di Ruang Galeri Seni Rupa Jurusan Seni Rupa, Universitas Negeri Medan (UNIMED), Kamis (9/12/2021).

Baca juga: Athan Siahaan Gelar Fashion Show Lewat Kain Ulos Sepanjang 30 Meter di Festival Payung Indonesia

Kepala Unit Budaya UNESCO Jakarta, Moe Chiba mengatakan bahwa Warisan Budaya Tak Benda atau pengetahuan dan kemampuan tradisional merupakan sumber fundamental bagi daya hidup komunitas.

Namun pengetahuan ini berpotensi terdampak bencana, termasuk pandemi virus corona (Covid-19) yang masih berlangsung.

Sementara itu, kondisi ini juga dapat memicu regenerasi komunitas.

"Dengan alasan ini, negara anggota UNESCO telah mengadopsi pedoman operasional baru untuk mendukung keberlangsungan WBTB ketika bencana berlangsung. Selain itu perlu adanya upayanya pengenalan secara luas tentang pentingnya pelestarian warisan budaya tak benda di masyarakat luas," kata Moe. 

Ratusan penari membentangkan kain ulos terpanjang di dunia pada pembukaan Festival Danau Toba (FDT) di Balige, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara, Rabu (17/9/2014). Bentangan kain ulos sepanjang 426 meter yang ditenun dua perajin itu telah memecahkan rekor Muri sebagai kain tenun khas Sumut terpanjang di dunia. TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI (Tribun Medan/Riski Cahyadi)

Program workshop pelestarian WBTB kali ini diberikan melalui metode praktik bersama para pengukir gorga yakni Manto Manurung dan Jesral Tambun dari Kabupaten Toba, kemudian pengrajin ulos Sartika Sihombing dari Kabupaten Tapanuli Utara, serta desainer tekstil dan pemerhati ulos Manjungjung Hutabarat dari Kabupaten Tapanuli Utara.

Sebanyak 20 mahasiswa yang hadir dari berbagai semester ini pun langsung belajar mengukir Gorga menggunakan media yang telah disediakan, dibantu pengetahuan dan pengalaman yang telah diberikan oleh narasumber.

Pendekatan praktik ini diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan mahasiswa untuk mempelajari lebih jauh mengenai WBTB yang ada di wilayah kawasan Danau Toba.

Baca juga: Festival Ulos Ragihotang di Toba, Masyarakat Berharap Promosi Digalakkan

Sehingga mahasiswa dapat kenal dan dekat pada seni budaya lokal, agar WBTB ini tetap terjaga dan selalu terevitalisasi sesuai dengan perkembangan zaman. 

Sementara itu, Ketua Jurusan Seni Rupa UNIMED, Drs. Mesra, M.Sn, menyampaikan bahwa workshop ini tentu memberikan pengetahuan yang sangat luas bagi para mahasiswa untuk mengenal budaya mereka sendiri.

Karena menurutnya, selama ini para anak didiknya ini masih kurang memberikan perhatian terhadap budaya yang ada.

"Diharapkan pelatihan tidak hanya berhenti di sini, namun akan berkelanjutan, baik dengan adanya pelatihan secara tatap muka, video tutorial, ataupun online," kata Mesra.

Perlu diketahui, nantinya bagi para mahasiswa baru, akan ada mata kuliah tentang Ulos yang dirancang di semester 5.

Ia pun berharap kerja sama antara UNIMED dan UNESCO pun akan terus berlanjut untuk memberikan pelatihan di lapangan terkait WBTB ini.

"Dan kemungkinan ini membutuhkan tenaga ahli dari lapangan untuk menjadi dosen tamu dan hal ini memungkinkan bagi teman-teman Kita Muda Kreatif UNESCO Jakarta, diharapkan akan ada MOU antara UNIMED dan UNESCO Jakarta untuk kerja sama jangka panjang," jelas Mesra.

Workshop bersama pengrajin muda serta mahasiswa Seni Rupa UNIMED ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan peningkatan kapasitas yang diselenggarakan UNESCO Jakarta dan UNIMED.

Kegiatan ini melengkapi rangkaian kegiatan UNESCO lainnya untuk 119 penenun Ulos dan 31 penggorga di kawasan Danau Toba.

Pendampingan yang dilakukan meliputi pelatihan teknis pewarnaan alam untuk benang Ulos, pelatihan teknis penggunaan bahan ramah lingkungan untuk produk kreatif gorga serta pelatihan pemasaran melalui media digital yang telah dilaksanakan pada periode September hingga November 2021.

Dukungan ini juga diperluas di bawah Program Dukungan Masyarakat Pegiat Warisan Budaya Tak Benda di Sumatera Utara (TACW-ICH) dari UNESCO  kepada 150 pegiat WBTB.

Nantinya, diharapkan akan ada kerja sama lanjutan antara UNESCO Jakarta dan kampus ini untuk program-program lainnya demi melestarikan WBTB lainnya, sekaligus mendatangkan para wirausahawan muda sebagai dosen tamu praktisi bagi para mahasiswa.

Sehingga kerja sama ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan, serta mampu mewariskan nilai kebudayaan yang luhur pada generasi penerus bangsa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini