Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Saat Bisnis Merugi, Banyak Pengusaha Jepang Pilih Bunuh Diri

Masih segar diingatan kita 28 Mei 2007 Menteri Pertanian Toshikatsu Matsuoka bunuh diri. Berapa orang

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in Saat Bisnis Merugi, Banyak Pengusaha Jepang Pilih Bunuh Diri
IST
ILUSTRASI 

Richard Susilo *)

TRIBUNNEWS.COM - Masih segar diingatan kita 28 Mei 2007 Menteri Pertanian Toshikatsu Matsuoka bunuh diri. Berapa orang bunuh diri di Jepang saat ini? Menurut catatan kepolisian Jepang tahun 2006 ada 32,155 orang resmi tercatat bunuh diri. Belum tercatat yang tidak resmi, tak mau beritahu orang lain karena keluarganya takut dipermalukan umum. Jumlah itu berarti satu hari 88 orang bunuh diri di Jepang mulai anak sekolah dasar sampai dengan usia lanjut. Tingkat bunuh diri paling tinggi di Jepang.

Beberapa tahun lalu di sebelah barat Tokyo ada dua direktur dan satu presiden direktur perusahaan Jepang bunuh diri di tiga kamar hotel berdampingan. Hal ini karena perusahaannya bangkrut dan masih banyak hutang di luar. Dengan bunuh diri, asuransi jiwa akan membayarkan hutang perusahaannya dan sisanya masih bisa untuk keluarganya. Uang dibayar dengan nyawa.

Tragis memang melihat kehidupan dan bisnis di Jepang. Sangat jelas terlihat satu kesalahan di bidang usaha, sampai mengalami kebangkrutan. Akhirnya dibayar dengan nyawa pimpinan perusahaannya.

Apa arti semua ini? Tanggungjawab moral dan nama baik sangat tinggi dipegang oleh orang Jepang. Berbisnis kalau sampai gagal, upahnya bisa bunuh diri tersebut. Itulah sebabnya kalau orang Jepang bekerja tak mau tanggung-tanggung, kerjakan 100 persen atau tidak sama sekali. Tak ada cincai-cincai, gak papa deh, dan semacamnya. Pemikiran “yang penting bisa jalan dulu” tak ada di benak orang Jepang. Semua harus direncanakan dengan baik dan mantap.

Karena itu dalam pembukaan suatu usaha, orang Jepang sangat teliti bahkan sering kita sebutkan cerewet, rewel, dan ngeselin, sangat rinci ini itu. Mengapa? Karena mereka membuka usaha untuk jangka panjang. Bukan “hit and run”, bukan untuk setahun atau dua tahun seperti beberapa investor dari negara Asia lain, yang  kalau untung saja berbisnis di Indonesia, kalau gagal langsung cabut pulang ke negaranya. Bahkan gaji karyawan terakhgirnya tak dibayarkan. Tidak demikian dengan orang Jepang.

Tidak heran seorang pejabat tinggi kita, tingkatan menteri, pernah berkomentar di media massa, orang Jepang mau berinvestasi pakai studi kelayakan dan sebagainya. Tapi orang China langsung saja masuk, gampang, langsung investasi, operasional kerja, tak macam-macam dulu.

Berita Rekomendasi

Melihat kehati-hatian orang Jepang dalam berbisnis, hal ini terkait dengan kepercayaan terhadap orang Indonesia yang diambil sebagai rekanannya. Terpenting adalah, jangan sampai berbohong dengan orang Jepang. Tepati semua janji anda, baik janji bisnis maupun janji pertemuan atau janji kerja dan sebagainya.

Pada dasarnya orang Jepang menyukai kampeki, kesempurnaan, kerjakan yang terbaik. Ditambah lagi kemampuan berbahasa Jepang agar dapat  berkomunikasi lancar. Coba pelajari bahasa Jepang untuk bisnis beserta budaya Jepangnya.

Banyak pelajar Indonesia lulusan perguruan tinggi di Jepang dicari perusahaan Jepang tapi mereka jarang sekali yang mau pulang, apalagi kalau sudah dapat pekerjaan di perusahaan Jepang di Jepang. Bekerja di Indonesia dianggap bergaji kecil, ini citra dan penyebab utama mereka tak mau pulang ke Indonesia.

Apabila berpikir hanya soal uang, tidak salah, tapi kerjasama atau bekerja dengan orang Jepang sesungguhnya menekankan lebih kepada keterkaitan hati serta bukti kita bisa kerja keras dan dapat dipercaya. Apabila hal tersebut tercetak di benak orang Jepang, berapa pun uang akan dikeluarkan untuk kita. Mengapa? Karena mereka percaya uang yang dikeluarkan akan berbalik, menghasilkan keuntungan bagi kepentingan bersama di masa depan.

Ini pula satu bukti pandangan jangka panjang orang Jepang. Apabila kerjasama baru dimulai, mereka akan gamang, alias bersabar, karena tahu segala sesuatu yang baru didirikan bersama pasti perlu waktu untuk berkembang maju. Perlu waktu penyesuaian yang tidak mudah.

Dengan demikian sesuai yang pernah dikemukakan sebelumnya, kesabaran yang tinggi perlu ditanamkan pada diri kita apabila ingin berbisnis dengan orang Jepang. Hasil kesabaran itu, adalah tanggungjawab yang tinggi bagi mereka untuk selamanya menjalin kerjasama dengan kita, bukan hanya di waktu senang, tetapi juga di waktu susah pengusaha Jepang pasti akan membantu kita. Jangan sampai bunuh diri-lah!

Informasi, konsultasi, kritik, saran, ide dan segalanya silakan email ke: info@promosi.jp

*) Penulis adalah CEO Office Promosi Ltd, Tokyo Japan, berdomisili di Jepang lebih dari 20 tahun.

BISNIS POPULER

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas