TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menargetkan pertumbuhan pendapatan premi sebesar 20-30 persen pada 2013, dibanding pendapatan premi pada 2012 yang sebesar Rp 107,73 triliun.

"Pertumbuhan pendapatan premi kita pada 2012 yang sebesar 14,38 persen, memang sedikit ada perlambatan dibanding pencapaian 2011 lalu yang sekitar 20 persen. Namun, tahun ini kami optimis pendapatan premi kita kembali tumbuh sama dengan pencapaian 2011 atau sekitar 20-30 persen dibanding tahun 2012," kata Direktur Eksekutif AAJI, Benny Waworuntu, di Jakarta, Jumat (3/5/2013).

Menutur Benny, selain didukung oleh pertumbuhan ekonomi di Indonesia,  pihaknya akan menurunkan biaya paket ujian berlisensi sales asuransi yang tadinya sekitar Rp110.000 - Rp250.000 akan diturunkan menjadi Rp 80.000 - Rp225.000 bagi sales baru.

Pengurangan biaya ini diberlakukan bagi agen baru maupun agen yang melakukan pengulangan ujian. Dengan begitu biayanya jadi lebih terjangkau dan akan memperbanyak jumlah sales bersertifikasi.

Ia juga mengungkapkan, dengan lebih terjangkaunya biaya ini, maka jumlah agen asuransi jiwa ditargetkan akan meningkat sekitar 30 persen atau mencapai 400.000 agen pada tahun ini.

Alhasil, ia juga merasa optimis dengan target pendapatan premi yang dipatok tahun ini. Karena akan seiring dengan penambahan agen asuransi jiwa dan dikuranginya biaya ujian sertifikasi, yang akan mendorong tenaga-tenaga pemasar yang berkualitas, kompeten dan memberikan pemahaman kepada publik terhadap asuransi jiwa.

"Kami yakin target akan tercapai, karena didukung dari banyak faktor, selain peningkatan sales bersertifikat, pertumbuhan ekonomi indonesia juga menjadi penyebab bagi tercapainya target pertumbuhan kami," tuturnya.

Sebagai catatan, total pendapatan industri asuransi jiwa meningkat di sepanjang tahun 2012 mencapai Rp 133,15 triliun, atau tumbuh sebesar 20,4 persendibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 110,36 triliun.

Kontribusi pendapatan  didominasi dari sumbangan pendapatan total premi yang mencapai 80 persen atau mencapai  Rp 107,73 triliun, atau tumbuh 14,38 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 94,19 triliun.

Dari jumlah itu premi bisnis baru menyumbangkan hampir 70 persen dari pendaparan total premi, dimana premi bisnis baru mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,28 persen menjadi Rp 75,01 triliun, sedangkan premi lanjutan menyumbang sebesar 32,persen dengan pertumbuhan sebesar 22,17persen menjadi Rp 32,72 triliun.