Juli, 4 SPBG Dibangun di Balikpapan
Setelah konversi minyak tanah ke gas, kini penggunaan gas diperluas ke sarana transportasi
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Setelah konversi minyak tanah ke gas, kini penggunaan gas diperluas ke sarana transportasi. Balikpapan merupakan salah satu kota di Indonesia yang dipilih untuk membangun dan mengoperasikan Stasiun Pengisian Bahan bakar Gas (SPBG). Dipastikan Juli 2013 ini empat SPBG hadir di Balikpapan.
Lokasi SPBG yang sudah disurvei dan ditentukan tim Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yakni di Jl Letjen Soeprapto (Mother Station) atau disebut stasiun induk karena berlokasi dekat pipa Refenery Unit (RU) V Pertamina sebagai penyedia gas. Juga tiga lokasi lain yang disebut Daughter Station yang tersebar di Jl Jenderal Sudirman dekat Bandara Sepinggan, dan dekat terminal Balikpapan-Samarinda.
"Intinya, semua SPBG harus berlokasi di jalur yang ramai dilintasi angkutan umum atau angkutan kota. Harus dekat dengan konsumen," ujar Jihad Octova AR, Pimpro atau Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) dari Kementerian ESDM kepada Tribun, Selasa (4/6/2013), usai rapat koordinasi persiapan pelaksanaan teknis Pembangunan SPBG Compressed Natural Gas (CNG) Kaltim di Hotel Zurich Balikpapan.
Jihad didampingi Mirza Mahendra, Pengawas Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, serta Marbahan, Kepala Seksi Keselamatan Instalasi Migas Kementerian ESDM.
Saat ini, jelas Jihad, pembebasan lahan sedang dilakukan oleh kontraktor pemenang tender yakni PT Pratiwi Putri Sulung dan PT Bali Graha Surya. Kedua perusahaan ini sudah menandatangani kontrak Mei 2013 lalu di Jakarta. "Mereka harus segera membangun SPBG dan ditargetkan rampung akhir Desember 2013. Sebab Januari 2014 nanti sudah dioperasikan," ujar Jihad.
Pembangunan SPBG, lanjut Jihad, untuk bangunan fisik dan lahan hanya 25 persen. Sisanya peralatan berupa dispenser, kompresor, tangki, pompa dan sebagainya yang semuanya diimpor. "Semua peralatan SBPG diimpor dari Korea Selatan, Cina, dan Eropa. Untuk satu SPBG dibutuhkan investasi sekitar Rp 15 miliar. Yang mahal yaitu lahannya. Apalagi untuk Mother Station diperlukan lahan sekitar 2.500 m2," paparnya.
Sementara Mirza Mahenda saat memaparkan tentang Grand Design Infrastruktur Gas Bumi untuk Transportasi menyatakan, konversi penggunaan BBM ke bahan bakar gas harus segera direalisasikan guna meningkatkan ketahanan energi nasional jangka pendek maupun jangka panjang. "Sumber daya minyak Indonesia semakin menipis dan sumber daya gas masih cukup besar, bisa untuk 35 tahun ke depan. Ini yang mendorong diversifikasi energi," ujarnya.
Mengenai aplikasi CNG, jelas Mirza, BBG dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak pada semua kendaraan seperti mobil sedan, bus, truk dan tuk-tuk. Pada mobil, tidak diperlukan penggantian maupun modifikasi pada bagian manapun, tinggal memasang peralatan CNG pada mobil, pengemudi dengan mudah dapat mengoperasikan kendaraan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.