TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada di angka 5400, hingga akhir tahun ini.

Kenaikan itu sudah memerhitungkan pencabutan BBM bersubsidi yang belum diputuskan pemerintah.

"Saya prediksi akan segitu, sampai sekarang kami belum merevisi estimasi IHSG, jadi tren ini memang hanya sementara, tidak perlu dikhawatirkan," Kata Fauzi Ichsan, Ekonom Standard Chatered, di Jakarta, Kamis (13/6/2013).

Fauzi menambahkan, tren merosotnya IHSG belakangan ini, hanya karena pelemahan perekonomian global. Sedangkan pertumbuhan emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih membaik.

Hanya, kepercayaan terhadap iklim investasi tidak kunjung pulih. Akibatnya, banyak dana asing yang lari dari indonesia.

Untuk menjaga kepercayaan pasar, pemerintah perlu segera memerbaiki defisit neraca berjalan dengan PDB, dengan menaikkan BBM bersubsidi.

Pemerintah juga harus segera memerbaiki penurunan defisit neraca perdagangan pemerintah, untuk memerbaiki mata uang Rupiah.

"Jadi, masalah utamanya adalah menjaga keyakinan pasar. Jika harga BBM dinaikkan, maka Rupiah akan menaik. Belum lagi jika neraca perdagangan positif, maka akan menaikkan nilai mata uang Rupiah," tutur Fauzi. (*)