Apa Usaha Peruri Hindari Cacat Produksi ?
Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) siap menjaga kualitas produksi uang dengan cermat.
Penulis: Arif Wicaksono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) siap menjaga kualitas produksi uang dengan cermat.
Tercatat ada dua metode yang dilakukan Peruri untuk menjauhi produksi cacat uang. Dua metode ini terdapat di dalam sembilan tahapan dalam memproduksi uang.
Dalam pantauan Tribun ketika berada di Pabrik Peruri, Karawang, Jawa Barat, Senin (24/06/2013), ada sembilan tahapan yang dilakukan sebelum mengubah lembaran kertas menjadi duit.
Tahapan tersebut adalah offset printing, intaglio, storage, selection, cetak nomor, selection, dan cut and store serta tahapan finishing untuk diberikan ke Bank Indonesia (BI).
Peruri memakai dua tahapan untuk menyeleksi kualitas uang, yang pertama pada saat seleksi offset printing serta tahapan kedua melalui seleksi cetak nomor seri uang. Usaha ini dilakukan dengan mekanisme yang rapih.
Tahapan offset printing dilakukan dengan menyeleksi cetakan uang Peruri yang akan diajukan untuk membuat uang. Tahapan ini adalah penentuan pembuatan master design setelah designer memberikan desain uang ke Peruri.
Satu cetakan dapat digunakan untuk memproduksi 500 ribu lembar uang. jika cetakan rusak atau sudah memenuhi kapasitas maka cetakan tersebut akan diganti dengan cetakan baru.
"Jika rusak akan diganti nantinya memang satu cetakan tersebut akan digunakan untuk 500 ribu lembar, tapi nanti diganti lagi untuk menjaga kualitas produksi," kata Hashari Kepala Produksi Uang Kertas dan logam, Senin (24/6/2013).
Setelah lolos, uang akan diwarnai dan mengalami masa cetakan awal dengan masa lama sebanyak 18 jam-20 jam untuk menjadi gambar. Pada masa ini periode uang akan bergambar uang tanpa nomor seri.
Nah dalam proses ini, kategori uang akan diseleksi lagi menjadi dua kategori yaitu yang cacat dan yang benar. Yang cacat akan dibuang dan yang bagus akan diberikan nomor seri.
Pemberian nomor seri akan diberikan setelah tidak adanya cacat pada pewarnaan dan kualitas kertas. Namun untuk memastikan lolosnya uang tersebut ke BI. Peruri mencegahnya melalui pengawasan kedua.
Pengawasan kedua dilakukan melalui seleksi cetak nomor seri dengan metode manual dan cut and store.
Bagi tumpukan uang yang sudah memasuki kriteria akan dimasukan dalam cut and store, sedangkan bagi yang tidak masuk akan dimasukan dalam sistem manual untuk diseleksi.
Pada proses manual, 215 karyawan akan mengawasi sekitar ratusan rim lembar uang. Satu rim terdiri dari 500 lembar uang.
Pekerja tersebut bekerja mulai sejak pukul 07.00 hingga pukul 18.00 dalam sehari, dengan jam kerja dari Senin hingga Jumat. Setiap 3 jam sekali ada waktu istrirahat bagi pekerja.
"Proses manual dilakukan untuk melihat uang yang ada cacat sebab dalam satu rim tidak semuanya cacat, kalau ada nomor seri yang cacat maka akan ditandai dan dikirimkan ke BI," katanya.
Peruri menerapkan standar ketat, Ashari mengatakan tidak ada pegawai yang boleh pulang sebelum perhitungan uang yang diproduksi baik yang cacat dan baik mencapai permintaan yang dipesan. Selain itu ada pemeriksaan untuk pegawai yang pulang.
"Jadi jumlah permintaan sama yang keluar itu harus selaras, kalau BI minta 100 lembar, kita juga mesti 100 lembar, kalau kurang dari itu mereka gak boleh pulang, Itu juga untuk mencegah pegawai bawa uang ke luar," katanya.
Kedua uang tersebut akan dipersiapkan ke BI dan nantinya BI akan memilih uang mana yang akan dihanguskan dan akan dipakai oleh BI.
Bagi uang yang cacat maka akan dihanguskan dan diberikan pilihan untuk memberikan uang yang baru dengan nomor seri yang baru.
"Jika nomor serinya sama maka uangnya akan masuk ke dalam kebijakan BI apakah menggunakan uang yang baru, uang yg nomor serinya rusak akan diganti dengan seri X,"katanya.
Meskipun sudah melakukan tahapan sebanyak dua kali tetap saja ada kecacatan pada saat diberikan ke BI. Ia mencatat ada 5 persen produksi uang cacat yang diberikan ke BI.
Jumlah tersebut meliputi kesalahan pada saat kelebihan warna, kekurangan ataupun masalah lipatan kertas pada saat produksi. "Ya masalah produksi memang jadi masalah biasanya pas plat dan masalah pewarnaan cat," katanya.