PKS: Bulog Jual Daging Sapi Impor Bermutu Rendah
Keuntungan Bulog dari penjualan daging, lanjutnya, kalau dihitung sekitar Rp 10 ribu per kilogram.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk menstabilkan harga daging sapi, pemerintah melalui Perum Bulog sudah mendatangkan puluhan ton daging sapi impor dari total 3.000 ton, dari Australia dan Selandia Baru.
Harga jualnya antara Rp 75 ribu-Rp 85 ribu per kilogram sesuai jenis daging, yang disebar ke-148 titik pasar di Jabodetabek. Namun, ternyata daging tersebut berkualitas rendah, sehingga membuat pedagang enggan menjualnya.
Ketua Kelompok Komisi Pertanian Fraksi PKS Habib Nabiel Al-Musawa menilai, produk daging berkualitas rendah yang masuk ke Tanah Air merupakan kesalahan importir yang hanya mencari keuntungan tanpa memerhatikan kualitas barang.
Menurutnya, Perum Bulog mencurangi masyarakat, karena menjual daging sapi impor berkualitas buruk dengan harga di atas kualitasnya.
"Selain daging, kualitas beras yang selama ini dikelola Bulog pun buruk. Raskin sering berkutu, bau apek, dan kurang layak. Seharusnya Bulog bisa menjual harga daging lebih murah, bukan malah aji mumpung cari untung besar," ujar Habib dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Sabtu (20/7/2013).
Keuntungan Bulog dari penjualan daging, lanjutnya, kalau dihitung sekitar Rp 10 ribu per kilogram. Salah satu contoh daging bagian depan atas kaki sapi (shank), di Australia harganya 5,2 dolar AS.
Jika diimpor, ada bea kirim dan bea masuk sekitar 10 persen. Harga daging shank pun menjadi Rp 57 ribu per kilogram. Lalu ke pedagang, Bulog menjual seharga Rp 67 ribu per kilogram. Kemudian di tingkat konsumen harga menjadi Rp 75 ribu per kilogram.
Anggota Panja RUU Nakeswan memaparkan, Bulog sebagai stabilisator harga daging sapi, belum menjalankan tugasnya dengan baik. Seharusnya, jika memang diamanatkan menurunkan harga daging, jangan ambil untung terlalu besar, sehingga harga jualnya bisa terjangkau oleh masyarakat.
Habib melanjutkan, kasus tersebut menunjukkan pemerintah belum punya solusi jitu untuk menurunkan harga daging sapi, sesuai permintaan masyarakat dan pedagang.
Padahal, penugasan Bulog dimaksudkan untuk menstabilkan harga daging jelang Ramadan dan Lebaran, tapi sampai saat ini harga masih tetap stabil tinggi.
Kenaikan harga daging sapi yang cukup tinggi dan di luar kewajaran, bahkan ada yang menembus harga diatas Rp 100 ribu per kilogram di beberapa pasar di Indonesia, selain karena harganya memang naik sebagai dampak kenaikan harga BBM, papar Habib, juga disebabkan minimnya pasokan yang diduga dimainkan oleh kartel daging sapi yang melakukan operasi ambil untung dari hulu ke ilir. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.