Deposito Bakal Menurun Karena Inflasi Melonjak
Sebab, pengamat perbankan dari Universitas Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko menilai, inflasi yang tinggi akan mengganggu penyaluran kredit.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laju inflasi Juli 2013 mencapai 3,29%, sehingga inflasi tahunan (year on year) tercatat 8,61% dan inflasi tahun kalender 6,75%. Kondisi ini dikhawatirkan akan mempengaruhi kinerja perbankan.
Sebab, pengamat perbankan dari Universitas Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko menilai, inflasi yang tinggi akan mengganggu penyaluran kredit. Dengan kondisi inflasi saat ini, Agustinus memproyeksikan, pertumbuhan kredit hanya bisa tumbuh 19% sampai akhir tahun ini.
"Secara umum, pertumbuhan kredit tak akan mencapai 20% sesuai dengan ekspektasi yang sudah diturunkan. Mungkin hanya tumbuh 19% saja," jelas Prasetyantoko. Salah satu penyebab seretnya kredit itu adalah, tawaran bunga bank yang tentu saja naik menyusul inflasi.
Efek donimo lainnya adalah, tingginya inflasi membuat nasabah ogah menaruh dananya dalam bentuk deposito. Sebab, bunga bank yang ditawarkan perbankan itu tentu tak sebanding dengan inflasi yang sudah melejit.
Kondisi ini diproyeksikan akan mengganggu beberapa bank, terutama bank kecil yang bisa mengalami penurunan likuiditas. Diproyeksikan, perbankan akan berkompetisi dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK) untuk menaikkan likuiditas.
Jika kompetisi tidak sehat, yang akan terjadi adalah adanya perang suku bunga yang tentu saja sulit diterima oleh perbankan kecil. "Tingkat kepercayaan bank kecil tentu lebih rendah jika dibandingkan bank besar. Hal ini membuat bank kecil mengalami risiko penurunan likuiditas yang lebih besar daripada bank yang besar," ujar Prasetyantoko. (Kontan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.