Perubahan Strategi dan Keuntungan Besar COJ
Perekonomian Jepang masih lemah dan belum stabil hingga saat ini. Tetap berjalan tapi sangat pelan,
Editor: Widiyabuana Slay
Richard Susilo *)
TRIBUNEWS.COM - Perekonomian Jepang masih lemah dan belum stabil hingga saat ini. Tetap berjalan tapi sangat pelan, bukan hal yang main-main. Kemajuan perekonomi Jepang saat ini justru karena berbagai penemuan baru masih tetap dilakukan dan dapat dipasarkan dengan baik sehingga ikut membantu menggerakkan perekonomiannya di samping perdagangan saham dan pasar uang yang penuh dengan resiko masih naik turun dan disaksikan closely oleh semua pelaku bisnis.
Kini semakin nyata terlihat keuntungan perusahaan Jepang sangat besar, justru dari anak perusahaan yang ada di luar Jepang (disingkat COJ = Company Outside Japan), termasuk COJ yang ada di Indonesia, terutama industri mobil dan motor yang sangat tersebar luas di berbagai kota di Indonesia. Ditambah lagi kini perusahaan pembalut Jepang meraup keuntungan sangat besar di Indonesia. Plus yang terkait bisnis makanan dan minuman pula.
Data berikut ini memang dari beberapa tahun lalu tetapi hingga kini masih belum berubah banyak. Menurut survei Kementerian Ekonomi Perdagangan dan Industri Jepang (METI) menunjukan bahwa penghasilan tertahan (retained earnings) COJ meningkat tajam 36 persen menjadi 17 triliun yen pada tahun fiskal 2006 (per 31 Maret 2007). Yang dimaksudkan retained earnings adalah equity dari para pemegang saham dikurangi modal dasar (capital base) dan cadangan modal (capital reserves).
Bahkan untuk wilayah Asia, retained earnings COJ meningkat 40 persen, yang berarti pula pangsa pasar mereka meningkat di Asia, menguasai berbagai produk sejenis di negara masing-masing di Asia.
Meskipun retained earnings sangat besar, beberapa COJ mengambil dana operasi usahanya dari negara yang bersangkutan atau negara lain, bukan dari Jepang. Lalu hasil keuntungan yang diperoleh ditahan oleh COJ sendiri dan tidak dikembalikan ke kantor pusat di Jepang.
Keuntungan besar yang diperoleh saat ini banyak yang diinvestasikan kembali ke negara yang bersangkutan. Mengapa tidak dikirimkan ke Jepang? Dua hal yang memberatkan COJ.
Pertama adalah nilai tukar yang selalu bergerak tak menentu merupakan risiko cukup besar. Hal kedua, karena beban pajak yang tidak kecil harus ditanggung di Jepang apabila uang besar masuk ke Jepang lagi, sehingga pada akhirnya malah tidak menguntungkan pihak Perusahaan secara keseluruhan.
Penjualan COJ kini meningkat 30 persen bahkan untuk produsen manufaktur Jepang penjualan mereka melewati 50 persen dibandingkan tahun lalu. Keuntungan besar yang diperoleh lalu di-investasikan kembali di negara yang bersangkutan merupakan perubahan strategi perusahaan Jepang saat ini.
Takeda Pharmaceutical Co. misalnya, nilai penjualannya , lebih dari 50 persen, diperoleh dari perusahaannya yang ada di luar Jepang. Hal ini cukup mengagetkan banyak pihak karena merupakan bukti nyata saat ini bahwa kesulitan usaha terjadi di bidang manufaktur di Jepang khususnya untuk bidang penjualan di dalam negerinya sendiri.
Mengapa hal ini terjadi? Karena jumlah manusia di Jepang sudah jauh semakin sedikit, terutama generasi mudanya praktis semakin hilang dan negeri Sakura ini semakin dipenuhi kalangan usia lanjut saja saat ini.
Pada akhir Maret 2008, pembuat obat terkenal di Jepang itu berhasil mengumpulkan 1,6 triliun yen dana. Lebih dari separuhnya ternyata diinvestasikan dalam bentuk dolar AS bukan Yen. Akibatnya, nilai penghasilan bersih dari bunga meningkat 10 persen menjadi sekitar 60 miliar yen pada tahun fiskal 2007 (per 31 Maret 2008).
Upaya pengimpanan uang dalam bentuk dolar AS itu juga sebagai strategi perusahaan saat ini untuk mengambil alih perusahaan lokal di berbagai negara atau pun memperluas COJ mereka sendiri yang ada di berbagai negara.
Sebagai bukti, April 2008 Takeda mengumumkan akan mengambil alih perusahaan bioventure di Amerika Serikat senilai 8,8 miliar dolar AS. Dengan membeli perusahaan lokal setempat, satu karakteristik nyata bahwa perusahaan Jepang kini ingin semakin memperluas daya pengaruh dan pasarnya di negara yang bersangkutan sekaligus menumbuhkembangkan lebih lanjut dengan cara mengambil alih perusahaan lokal setempat. Strategi baru banyak dilakukan oleh Perusahaan Jepang saat ini.
Unicharm Corp. pembuat sanitary napkins serta diapers (pembalut) kertas dari COJ-nya menghasilkan 9,7 miliar yen keuntungan di tahun fiskal 2007. Jumlah itu berarti 30 persen dari keseluruhan keuntungan neraca konsolidasi Perusahaan tersebut.
Kenyataan semakin diperjelas oleh Unicharm Executive Officer, Atsushi Iwata yang mengatakan,”Kami memang sangat tertarik dengan keuntungan yang diperoleh dari COJ".
Bahkan dalam tahun fiskal 2010, perusahaan tersebut menyalurkan 60 persen dari investasi modalnya ke Thailand, Indonesia dan negara lain di mana ada COJ milik Unicharm.
Strategi perusahaan Jepang saat ini juga menghindari pajak perusahaan dalam negeri Jepang sebesar 40 persen. Nilai ini terbesar di antara negara industri lain. Dengan pajak yang saat ini harus dibayarkan di negara masing-masing di Asia, perusahaan Jepang masih jauh lebih untung. Itulah sebabnya arus uang mereka saat ini kembali di investasikan ke negara masing-masing dan tidak dikirimkan ke Jepang.
Nilai pajak yang cukup besar di Jepang selain menghantam perusahaan Jepang sendiri tampaknya juga menghantam kampanye pemerintah Jepang yang berusaha menarik investasi asing masuk ke Jepang. Taihen desune, sulit ya, begitulah keluh kesah banyak orang Jepang saat ini.
Informasi lengkap lihat: http://www.tribunnews.com/topics/tips-bisnis-jepang/
Konsultasi, kritik, saran, ide dan segalanya silakan email ke: info@promosi.jp
*) Penulis adalah CEO Office Promosi Ltd, Tokyo Japan, berdomisili dan berpengalaman lebih dari 20 tahun di Jepang