Produsen Mobil Butuh Waktu Pelajari Campuran Solar dan Biodiesel
Direktur PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors Direktur Rizwan Alamsjah membutuhkan waktu mengkaji efek pemakaian campuran BBM
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Hendra Gunawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors Direktur Rizwan Alamsjah membutuhkan waktu mengkaji efek pemakaian campuran BBM jenis solar dan biodiesel. Pasalnya tidak semua komponen mesin mobil cocok dengan campuran solar dan biodiesel.
"Harus ada waktu bagi kami engine nya ditentukan, mereka harus mempelajari dulu," ujar Rizwan di seminar peran industri otomotif terhadap perekonomian nasional, Kamis (5/9/2013).
Menurut Rizwan pihak pemerintah sangat terburu-buru dalam mengambil kebijakan. Hal itu berdampak kepada para produsen dalam menentukan mesin yang sesuai untuk campuran solar dan biodiesel.
"Ini (kebijakan) waktunya bukan jangka panjang dipelajari, tapi jangka pendek," ungkap Rizwan.
Rizwan menambahkan komponen mesin mobil di Indonesia berbeda dengan yang ada di Brazil. Jika dibandingkan, mobil di Brazil bisa menggunakan dua jenis bahan bakar, minyak dan ethanol.
"Sesuatu bahan bakar spesifikasi berubah perlu diubah nggak engine nya. Mereka harus terima minyak atau ethanol," jelas Rizwan.
Sebelumnya diberitakan tribunnews.com, Kementerian ESDM mewajibkan seluruh pengguna solar harus memasukkan minimal 10 persen biodiesel sebagai campuran solar. Kewajiban itu berlaku bagi semua pihak, baik pembangkit listrik PLN maupun berbagai moda transportasi. Hal tersebut tertuang dalam peraturan menteri tentang biodiesel yang merupakan revisi Permen 32/2008.