Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Prospan dan Ginsana Perkuat SOHO Group Kuasai Pasar Obat Herbal

Kedua produk terbaru yang diharapkan menjadi andalan SOHO Group sudah dipasarkan sejak Juni lalu

Penulis: Budi Prasetyo
zoom-in Prospan dan Ginsana Perkuat SOHO Group Kuasai Pasar Obat Herbal
TRIBUNNEWS.COM/ BudiPrasetyo
Prospan dan Ginsana Perkuat SOHO Group Kuasai Pasar Obat Herbal 

Prospan dan Ginsana Perkuat SOHO Group Kuasai Pasar Obat Herbal

TRIBUNNEWS.COM  JAKARTA- Perkembangan pasar obat herbal di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bila tahun 2008 pasar obat herbal sekitar Rp 7 trliun, namun hingga akhir 2012 mencapai Rp 13 triliun yang diperebutkan banyak pemain, baik industri rumah tangga,  industri besar dan produsen dari luar negeri.

Menurut Dr Arijanto Jonosewojo, Sp. PD. Kepala Poliklinik Komplementer Alternatif RSU Dr. Soetomo, Surabaya, kebanyakan obat herbal yang beredar di Indonesia berada pada kategori jamu dan OHT. Hal ini menjadi kendala ketika masuk dalam layanan kesehatan formal. Pasalnya, dokter dituntut  untuk menerapkan Evidence Based Medicine (EBM) pada setiap obat yang diresepkan.

Umumnya, obat herbal yang beredar di Indonesia terbagi menjadi tiga jenis yaitu: jamu, obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka. Untuk jamu, umumnya belum dilakukan uji apapun dan khasiatnya untuk menyembuhkan penyakit hanya berdasarkan informasi yang diwariskan turun menurun. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) 2010, sebanyak 55,3% masyarakat Indonesia menggunakan jamu untuk menjaga kesehatan, sedangkan 95,6 persen dari mereka mengakui bahwa jamu bermanfaat untuk kesehatan.

Sedangkan OHT, telah dilakukan standarisasi bahan baku produk (misalnya: ekstrak tumbuhan) serta telah dilakukan uji praklinik (uji pada hewan) dan terbukti berkhasiat dan aman uji pada hewan. Berbeda dengan fitofarmaka, sudah dilakukan standarisasi bahan baku produk serta telah dilakukan uji klinik (uji pada manusia, uji lanjutan setelah uji pada hewan berkhasiat dan aman), yang membuktikan keamanan dan khasiatnya.

Dari ribuan obat herbal atau jamu tradisional di Indonesia, diperkirakan ada sekitar 38 obat herbal terstandar yakni telah ditunjang oleh riset-riset pra-klinik seperti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

Apalagi bila dalam bentuk jamu, obat herbal sulit untuk memasuki pasar internasional karena akan ditanyakan soal riset-riset pendukungnya dan uji yang telah dilakukan. Karena itulah, beberapa produsen obat herbal di Indonesia bekerjasama dengan sejumlah lembaga riset, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada dan juga BPPT, untuk dapat memproduksi lebih
lagi banyak obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

Berita Rekomendasi

Begitu juga dengan SOHO Group, menggandeng University of New South Wales, Australia untuk bekerjasama dalam bidang penelitian dan pengembangan produk obat herbal. Bahkan sebelumnya SOHO Group telah menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi dalam hal penelitian seperti Universitas Gajah Mada, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Bogor, Phytohealth Taiwan, University of Western Sydney Australia maupun Institute of Natural Medicine Toyama Jepang.

Hasilnya, kolaborasi penelitian terhadap temu lawak sebagai bahan pokok obat herbal Indonesia. Terbukti beberapa produk obat herbal SOHO Group yang diluncurkan ke pasar diterima konsumennya di Indonesia. Beberapa produk yang sukses dipasaran adalah multivitamin anak Curcuma Plus. Selain itu SOHO Group juga menawarkan sejumlah produk over the counter, seperti Diapet, Laxing, Lelap, dan Fitkom Gummy.

Keberhasilan beberapa produk herbal  yang dikembangkan SOHO Group di Indonesia menginsipirasi anak usahanya SOHO Flordis International (SFI) yang bermarkas di Australia, untuk memasarkan produk herbal yaitu Ginsana dan Prospan. Kedua produk ini telah memiliki uji klinis sehingga mampu meyakinkan dokter untuk meresepkan obat herbal kepada pasien. Apalagi Ginsana sudah dipasarkan di 40 negara di dunia, sedangkan Prospan berdasarkan  data IMS 2011, merupakan obat batuk herbal nomor satu di dunia.

Menurut Nick Burgess, Professional Liaison and Education Manager SFI, Prospan dan Ginsana dikembangkan dengan konsep Seed to Patient, di mana semua proses pembuatan obat herbal telah melalui serangkaian uji klinis yang ketat, mulai dari proses penanaman (benih) hingga produk tersebut berada di tangan konsumen.

Ginsana mengandung ekstrak ginseng terstandarisasi G115 (100mg) dibuat dari Panax ginseng C.A Meyer dengan ginsenosida 4%  yang berguna untuk meningkatkan performa fisik dan waktu pemulihan, meningkatkan fungsi paru – paru dan aktivitas pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (COPD). Apalagi Ginsana menggunakan bahan dasar ginseng yang diperoleh dari Korea dan Cina (Manchuria) dan diproduksi di Swiss.

Berbeda dengan Prospan, obat batuk anak dan dewasa mengandung Hedera Helix folium ekstrak (0,7 gram) dengan bahan dasar ekstrak daun ivy kering yang berasal dari Jerman dan larutan pengekstraksi Potassium sorbate (mengandung ethanol 0,0292%. Khasiatnya, Prospan untuk mengatasi batuk sekretolitik (mengencerkan dahak), bronkospasmolitik (melegakan saluran pernafasan) dan cough-relieving (meredakan batuk itu sendiri).

Kedua produk terbaru yang diharapkan menjadi andalan SOHO Group sudah dipasarkan sejak Juni lalu di Indonesia. Tapi diakui Marcus Pitt CEO SOHO Group, tapi hingga saat ini masih kedua produk tersebut masih dalam proses edukasi dan trial. Ia memperkirakan pertumbuhan pasar rata-rata sekitar 10 persen/tahun dimana kontribusi produk herbal sekitar 30% terhadap total penjualan SOHO Group.

Saat ini, kecenderungan masyarakat yang mengkonsumsi obat herbal terus meningkat. Hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk mengolah serta memproduksi kekayaan alam Indonesia, untuk memproduksi ekstrak yang digunakan sebagai bahan baku obat tradisional, bahan baku obat, dan farmasi lainnya. Mengingat, hingga saat ini bahan baku obat tradisional di Indonesia sekitar 60 persen masih diimpor dari berbagai negara, padahal potensi Indonesia di sektor bahan baku obat herbal sangat besar.

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas