Mobil Murah Tak Dukung Konversi BBM
Rofi Munawar menilai kebijakan mobil murah dan ramah lingkungan tak mendukung program konversi dan pengendalian Bahan Bakar Minyak (BBM)
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPR Komisi VII, Rofi Munawar menilai kebijakan mobil murah dan ramah lingkungan (low Cost Green Car/LCGC) tak mendukung program konversi dan pengendalian Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sedang diupayakan selama ini.
“Pemerintah selama ini seringkali mengeluarkan kebijakan yang tidak integratif, karena di satu sisi ingin mengendalikan konsumsi BBM namun di sisi lain mengeluarkan kebijakan mobil murah yang berpotensi meningkatkan penggunaan BBM bersubsidi,” ujar Rofi Munawar, Selasa (24/9/2013).
Belum lama ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menerbitkan kebijakan mengenai mobil murah dan ramah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 33/M-IND/PER/7/2013 tentang Pengembangan Produksi Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau. Produksi mobil ini diperediksi akan meningkatkan konsumsi BBM dan kemacetan yang terdesentralisasi diluar kota-kota besar.
Legislator Jatim VII ini melihat bahwa jikapun mobil LCGC tersebut dijanjikan hanya akan menggunakan BBM non subsidi, namun selama tidak ada sistem bawaan yang mencegah konsumen membeli BBM jenis premium maka hanya akan mengakibatkan pembengkakan kuota BBM bersubsidi.
Situasi ini menunjukkan pemerintah cenderung mendorong tumbuhnya industri otomotif tanpa memperhatikan penggunaan energi yang lebih efisien serta tetap ramah lingkungan seperti gas maupun listrik.
“Pernyataan pemerintah yang menjamin bahwa mobil LCGC ini hanya akan digunakan di luar Jabotabek, disertai aturan memberikan sanksi kepada pengguna yang menggunakan BBM bersubsidi pada realitasnya sangat sulit diimplementasikan. Mengingat selama ini saja dengan jenis kendaraan yang ada, pemerintah secara jelas tidak mampu mengontrol konsumsi BBM bersubsidi,” tegas Rofi.
Rofi menambahkan, jika memang mobil LCGC ini diorientasikan untuk kalangan yang belum memiliki kendaraan maka secara realitas mereka akan tetap memilih menggunakan BBM bersubsidi disesuaikan dengan beban konsumsinya.
Pemerintah harus berpikir ulang dalam menerapkan kebijakan ini, karena implikasinya akan sangat luas terhadap sektor energi, transportasi maupun pola konsumsi publik.
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat memperkirakan produksi mobil murah pada 2013 akan mencapai 75 ribu unit. Bahkan, saat ini telah ada beberapa Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang telah memasarkan jenis varian mobil ini di pasaran.