Demi Tempe di Jepang, Rustono Beli Tanah Seharga Rp 694 Juta
Anak kelahiran Grobogan, Jawa Tengah ini yang pernah mengecap pendidikan Akademi Perhotelan Sahid tahun 1987
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo, dari Tokyo Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Anak kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, ini yang pernah mengecap pendidikan Akademi Perhotelan Sahid tahun 1987 itu dan bisa memproduksi sekitar 3.000 bungkus tempe setiap hari itu, memang memiliki banyak "mimpi" untuk bisa menjadi orang sukses seperti yang sekarang dialaminya.
Satu di antaranya keinginan wajar pengusaha mana pun, ingin punya pabrik sendiri. Selama ini pabriknya memang tidaklah besar. Tetapi dengan kepemilikan tanah (pakai nama Rustono sendiri sertifikat tanah tersebut) berluas 4.000 meter persegi dengan harga enam juta yen atau sekitar , impiannya sudah mulai menunjukkan kenyataan sedikit demi sedikit.
Tribunnews,com yang mengunjungi tanah tersebut 21 September lalu, melihat sendiri lokasinya sangat bagus. Di pinggir jalan utama dan dekat dengan kali. Bahkan ada sumber mata air dari gunung yang sangat bersih dan jernih mengairi tanah tersebut. Sempurna layaknya sangat cocok untuk dijadikan pabrik tempe yang butuh air bersih serta baik.
"Saya sudah coba ambil beberapa sampel air dari sini, lalu dibawa ke laboratorium, diperiksa dan ternyata semua hasilnya air tersebut bagus, tak ada kerusakan apa pun, Bahkan ada tempat yang bisa langsung kita minum," paparnya dan menunjukkan tempat tersebut.
Tribunnews.com mencoba meminum air alam tersebut dan memang terasa di mulut dan tenggorokan sangat enak, sangat segar sekali. Luar biasa memang anugerah Tuhan atas tanah tersebut. Dipercaya Rustono pun apabila sesuai rencana telah mendirikan pabrik raksasanya di atas tanah 4.000 meter persegi itu, mestinya menghasilkan tempe yang jauh lebih enak lebih lezat lagi karena menggunakan air alam yang sangat jernih dan segar.
Kalau sudah besar tentu akan sangat sibuk lagi, "Benar saya sedang mempersiapkan perusahaan Jepang sendiri dan untuk administrasi keuangan akunting isteri saya yang akan melakukannya," paparnya. Isterinya, Tsuruko Kuzumoto adalah mantan pegawai sebguah bank di Jepang. Sengaja berhenti untuk membantu usaha Rustono.
Menurut Rustono, saat menikah dulu di Yogyakarta, Jawa Tengah, dia sudah meminta kepada isterinya, "Saya OK akan ikut kamu ke Jepang dengan syarat, saya harus bisa diberikan kesempatan untuk berusaha sendiri, berbisnis sendiri sehingga bisa mandiri nantinya. Itulah yang saya minta dan dia setuju, maka kita pindah menetap di Jepang sejak 1997," ungkap Rustono.
Perjalanan hidup Rustono memang tidak mudah sejak awal di samping bahasa Jepang yang harus dipelajarinya sampai saat ini pun masih terus belajar agar bisa sempurna.
Rustono sempat bekerja di tempat makanan, sambil memikitkan, bisnis apa ya yang bisa dilakukannya sendiri. Di tempat kerja paruh waktu (baito) itulah dia sadar, mengapa tidak makanan Indonesia sendiri yang dikembangkan, yaitu tempe. Maka dia minta waktu 6 bulan, termasuk 3 bulan belajar ke berbagai pembuat tempe di Jawa Tengah, mulai Semarang, Solo, Yogya dan sebagainya, agar bisa membuat tempe sendiri di Jepang.
Selain itu Rustono juga sempat bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan kontraktor, terutama yang mengangkut tanah urukan, dari rumah atau tempat yang dihancurkan diratakan lalu tanahnya dibawa ke luar. Sementara disimpan di lokasi Perusahaan tempat dia bekerja.
"Sebelum bekerja di sana saya memang sudah mengincar tanah urukan yang tertimbun itu karena saya juga mengincar tanah 4.000 meter persegi yang akan menjadi pabrik saya di masa depan. Setelah tanah terbeli, dan setelah tiga bulan saya bekerja di perusahaan tersebut, saya bicara baik-baik dengan presiden perusahaan itu, mengenai tanah 4.000 meter persegi itu," paparnya.
Setelah diceritakan, sang bos akhirnya mengerti, "OK saya bantu kamu, kata bos saya. Tetapi saya katakan saya tak punya uang untuk beli tanah urukanmu itu. Tak-apa-apa tenang saja, kata bos saya," demikian Rustono menceritakan.
Rejeki memang tak kemana-mana, akhirnya Rustono mendapatkan tanah urugan buat tanahnya yang 4.000 meter persegi bagi pabriknya di masa depan. Dengan urukan tanah tersebut, kecuraman antara jalanan utama dengan tanah datar menuju sungai dapat disolusikan. Dari jalan raya, berkat urukan tanah tersebut bisa menjadi jalan raya ke bawah bagi sebuah jalanan mobil, sehingga tanah itu menjadi sangat bagus saat ini. Tinggal diaspal saja nantinya.
Lalu pabrik dibangun, dan impian Rustono pula akan membangun rumah-rumah bagi para karyawannya dan atau tamu-tamunya. Bisa juga pesta kebun terbuka, barbeque di pinggir sungai itu, serta bisa ber-Hanami di bawah pohon Sakura yang ada di pinggir sungai tersebut. Indah sekali memang kalau nantinya jadi demikian. Mari kita doakan bersama bagi keberhasilan Rustono ini.
Ikuti kisah selanjutnya di Tribunnews.com ini (Seri ke-5)