Perbankan Mulai Lirik Mata Uang Yuan
Pertumbuhan ekonomi China yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, membuat banyak orang berharap
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi China yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, membuat banyak orang berharap China bisa menjadi kekuatan ekonomi baru yang bisa menandingi kekuatan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Begitu juga dalam hal mata uang. Pengamat ekonomi menilai, mata uang dolar AS akan mendapatkan pesaing dari renminbi atau mata uang Yuan dari China. Saat ini, renminbi adalah mata uang ketiga terbesar dari sisi nilai transaksi yang kerap digunakan untuk transaksi letter of credit (L/C).
Bisa jadi, suatu saat, China bisa mengambil alih posisi AS sebagai negara ekonomi dunia terbesar di pertengahan tahun 2020-an. Apalagi, China kini sudah menjadi eksportir terbesar dunia.
Pada tahun 2010 lalu, China mengambil alih posisi Jepang, sebagai negara ekonomi dunia terbesar kedua. Meningkatnya kinerja ekspor impor, membuat negara Tirai Bambu itu berhasil menjadi raksasa ekonomi baru.
Begitu juga di Indonesia. China berhasil menjadi mitra dagang terbesar Indonesia dan menyingkirkan Jepang. Hal ini terjadi karena tingginya transaksi perdagangan kedua negara. Potensi inilah yang dimanfaatkan perbankan dengan menyediakan layanan transaksi renminbi.
Ada beberapa bank yang sudah membuka layanan renminbi ini. Bank Mandiri contohnya, bank pelat merah ini membuka layanan transaksi renminbi mulai tahun ini. Keputusan itu diambil karena meluasnya penggunaan renminbi sebagai mata alat pembayaran di pasar dunia.
Selain itu, layanan ini tak lepas dari berbagai keuntungan yang diperoleh perusahaan yaitu : perusahaan di Indonesia mendapatkan tawaran payment terms yang lebih baik dari counterparty di China. Selain itu, proses pembayaran lebih efisien, serta adanya peluang Bank Mandiri untuk mendapatkan lebih banyak nasabah di China.
Sedangkan keuntungan counterparty di China adalah, bisa menimalisir foreign exchange risk, mengurangi kebutuhan hedging dan menghemat biaya. Perlu diketahui, Bank Mandiri kini melayani transaksi Renminbi yang terdiri dari; Giro Renminbi, Remittance Renminbi dan Trade Renminbi.
Giro Renminbi merupakan rekening bank yang digunakan untuk menampung dana serta melakukan transaksi operasional dalam mata uang Renminbi. Suku bunga yang dikenakan adalah suku bunga pasar yaitu berkisar antara 0% – 0,1%.
Sementara itu Remittance Renminbi adalah transaksi pengiriman uang yang dilakukan dan diterima secara langsung dalam mata uang Renminbi. Sedangkan untuk Trade Renminbi merupakan transaksi perdagangan dengan menggunakan mata uang Renminbi (RMB), dimana nasabah bisa langsung bertransaksi L/C, baik impor maupun ekspor, dalam mata uang RMB.
"Kami punya tabungan Renminbi untuk nasabah retail dengan suku bunga pasar,” kata Cera Wirastuti, Trade Finance Department Wholesale Transaction Banking Solutions Group Bank Mandiri kepada KONTAN.
Sementara itu, Bank Central Asia (BCA) ternyata sudah lebih dulu memaksimalkan transaksi renminbi. Inge Setiawati, Sekretaris Perusahaan BCA mengatakan, BCA sudah menggarap transaksi dengan China sejak 2006 .
BCA meluncurkan produk Outward Remittance Renminbi tahun 2008, Kemudian Trade Renminbi hadir di tahun 2009, serta Giro dan Deposito Renminbi keluar tahun 2011. Walaupun lama, namun pertumbuhan transaksi renminbi di BCA masih kalah dari pertumbuhan transaksi dolar AS.
Meski begitu, kata Inge, transaksi renminbi berpotensi berkembang pesat. Sementara itu, pertumbuhan transaksi renminbi di Mandiri belum bisa dilacak, sebab perseroan baru membuka layanan renminbi tahun ini.
Jika dibandingkan dengan total transaksi trade L/C di Bank Mandiri lainnya, maka transaksi renminbi ditargetkan menempati urutan kedua dengan proporsi 15,5%. Urutan pertama adalah Singapura dengan porsi 17,4%.
Layanan renminbi Bank Mandiri melayani kebutuhan nasabah bertransaksi bisnis di daratan China atau China mainland dan Hong Kong. Porsi ekspor ke China dibandingkan total ekspor Indonesia adalah 13,4%, sementara impor dari China 19,9%.
Selain itu, Renminbi telah menjadi mata uang ketiga dari sisi nilai transaksi yang kerap digunakan untuk penerbitan L/C, setelah US$ sebesar 84,4%, EUR 7% dan juga CNY 4%.
Cera bilang, pihak yang potensial menggunakan transaksi renminbi ini perusahaan yang berbisnis dengan perusahaan di China, seperti perusahaan pertambangan batubara, crumb rubber, bahan kayu, bauksit, perabot kayu, power plant, besi baja, logam dasar.
Selain itu, layanan renminbi juga bisa dimanfaatkan perusahaan Indonesia yang memiliki keterkaitan dengan China seperti; Wilmar, APP Group, AKR Group dan sebagainya. Selain itu ada juga nasabah UMKM kami seperti pengusaha batik, souvenir, serta pelaku usaha retail. “Mereka sering melakukan transfer uang untuk kebutuhan pribadi juga," jelas Cera.
Walaupun ada pertumbuhan transaksi renminbi, namun perdagangan Indonesia - China masih didominasi dolar AS. Namun begitu, transaksi renminbi berpeluang naik karena naiknya jumlah siswa Indonesia yang sekolah ke China dan naiknya investasi China di Indonesia.