Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Defisit Transaksi Tak Sehat, BI Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan

Bank Indonesia (BI) dinilai akan menaikkan kembali Suku bunga acuan (BI Rate) di 2014 mendatang

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in Defisit Transaksi Tak Sehat, BI Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Aktifitas pelayanan di salah satu banking hall Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah Harta Insan Karimah (HIK) di Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Senin (23/9/2013). Meski kenaikan BI rate akan terasa di sektor pembiayaan Murabahah konsumer, namun bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) hal tersebut belum begitu signifikan terasa. Sementara dari catatan BI per Juli 2013, total aset Bank Perkreditan Syariah (BPRS) di Indonesia sebesar Rp 5,5 triliun. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasriyani Latif

TRIBUNNEWS.COM - Bank Indonesia (BI) dinilai akan menaikkan kembali Suku bunga acuan (BI Rate) di 2014 mendatang jika defisit transaksi berjalan tidak juga turun ke tingkat yang lebih sehat.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Hamid Paddu mengatakan, ketika defisit transaksi berjalan tidak juga membaik, begitu juga dengan kurs dan inflasi yang tetap tinggi, maka BI bisa saja menaikkan BI Rate ke level delapan persen.

"Selama kurs belum membaik dan inflasi tetap tinggi, dan memang kebutuhan kebijakan moneter untuk melakukan stabilisasi, maka kemungkinan BI akan menggunakan instrumen itu (menaikkan BI Rate)," jelasnya kepada Tribun, belum lama ini.

Terkait 'keputusan' itu, kata dia, memang tidak ada batasan maksimum untuk BI Rate. BI tentu akan melihat gejolak pasar yang terjadi di awal tahun depan.

"Kita lihat gejolak pasar pada pekan pertama 2014. Jika masih melemah maka kemungkinan BI kembali akan menggunakan instrumennya dengan menaikkan BI Rate," katanya.

Seperti diketahui, bank sentral menaikkan BI Rate untuk menjaga pasokan dollar tetap beredar di tanah air. Tingkat suku bunga menjadi satu-satunya cara untuk menahan investor asing tidak menarik dananya di tengah gejolak perekonomian global seperti saat ini. "Inikan salah satu cara untuk meredam capital outflow," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Meski begitu, katanya, kebijakan moneter akan berdampak pada peningkatan suku bunga. Ini akan menghantam sektor riil sehingga pemerintah mesti membuat kebijakan lain agar daya saing untuk ekspor tidak melemah.

Sebelumnya, Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah I Sulampua Grup Ekonomi dan Keuangan, Causa Iman Karana menjelaskan, kebijakan untuk menaikkan BI Rate diambil BI sebagai upaya untuk mengantisipasi kondisi kedepannya yakni inflasi.

"Menjelang akhir tahun, memang inflasi diperkirakan agak tinggi. Sehingga BI mengambil kebijakan untuk menaikkan BI rate untuk menekan inflasi," ujarnya.

Diapun optimis, kenaikan BI rate tidak akan mempengaruhi pertumbuhan kredit. Apalagi, ini bukanlah kebijakan yang kali pertama dilakukan BI.

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas