Larangan Ekspor Mineral Mentah Disambut Baik
Sekjen Hamas Edi Darma Pohan menyambut baik keputusan pemerintah yang melarang ekspor mineral mentah
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekjen Hamas Edi Darma Pohan (Gerakan Hatta-Ali Masykur Musa) menyambut baik keputusan pemerintah yang melarang ekspor mineral mentah dalam relatif singkat.
"Itu kebijakan yang sangat luar biasa," kata Sekjen Hamas Edi Darma Pohan di Jakarta Rabu (15/1/2014) kemarin.
Menurutnya, salah satu dampak positif pelarangan tersebut adalah hari ini harga nikel naik tajam di Chicago Marchentile Exchange karena pasokan dari Indonesia berkurang.
"Negara kita kuasai sekitar 20 persen pasokan nikel dunia. Oleh karena itu, kebijakan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa itu, selain bisa menaikkan pajak ekspor mineral mentah, juga menguntungkan nama Indonesia sebagai suatu bangsa," tuturnya.
Pelarangan ekspor mineral mentah, tambahnya, adalah keberanian yang luar biasa sehingga perlu untuk diapresiasi.
"Saya katakan demikian karena sebelum diterapkan, sangat banyak penolakan-penolakan didalam negeri atas keputusan itu khususnya dari pihak-pihak yang menyebut dirinya pengusaha minerba. Mungkin perasaan mereka itu benar, namun hari ini kita melihat ternyata kebijakan Hatta Radjasa itu berbuah untuk seluruh bangsa ini," ujarnya lagi.
Bukan hanya untuk pemerintah atau pengusaha semata masih. Ia mengaku bangga mengetahui efek positif kebijakan itu, kata pria penggemar diskusi tersebut.
"Kalau sedari awal kami tahu bahwa efek kebijakan tersebut akan seperti hari ini positifnya, maka sudah pasti pemahaman para pengusaha tentu tidak akan seperti beberapa waktu yang lalu," tambahnya.
Ia menambahkan, kebijakan itu juga sangat penting bagi pemanfaatan hasil alam oleh bangsa kita karena selama ini lebih banyak dinikmati oleh bangsa lain dengan harga yg sangat murah.
"Sikap yang diawal-awal tidak populer seperti ini harusnya bisa melekat pada pemimpin bangsa, karena ternyata setelah kebijakan itu berjalan memberikan sumbangsih besar bagi negara. Itu kalau mau Indonesia maju dan bermartabat di dunia internasional," pungkasnya.