Tawaran Bunga Tinggi Utang Bakrie & Brothers Perlu Diwaspadai
Meski tengah berkutat dengan defisiensi modal, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tetap 'berani' menjanjikan bunga utang tinggi bagi krediturnya.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski tengah berkutat dengan defisiensi modal, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tetap 'berani' menjanjikan bunga utang tinggi bagi krediturnya.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2014, utang BNBR berdenominasi rupiah saat ini memberikan bunga antara 7,5%-20,5%. Pada periode yang sama tahun 2013, angkanya ada di rentang 12,5% hingga 20%.
Sementara untuk pinjaman berdenominasi dollar AS, BNBR menjanjikan bunga antara 3%-20%. Tahun lalu, batasnya ada di kisaran 7%-17%.
Dari data tersebut terlihat, perusahaan investasi Grup Bakrie ini memberikan bunga utang dengan rentang yang kian lebar.
Batas bawah dari rentang bunga utang memang bisa diturunkan. Namun disaat yang sama, batas atas bunga utang justru semakin tinggi.
Masih dari laporan keuangan BNBR kuartal I 2014, pinjaman jangka pendek BNBR di di tiga bulan pertama tahun ini kini tercatat Rp 4,33 triliun. Angka itu tumbuh 21,97% year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 3,55 triliun.
Sekedar mengigatkan, BNBR hingga 31 Maret 2014 membukukan defisiensi modal senilai Rp 1,41 triliun. Akhir tahun lalu, angkanya berada di posisi Rp 2,02 triliun.
Akibat pencatatan defisiensi modal itu, Mazars sebagai auditor independen mempertanyakan prospek kelangsungan usaha BNBR.
Mazars menyebut BNBR memiliki indikasi ketidak pastian material. "(Hal itu) dapat menyebabkan keraguan yang signifikan atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya," tulis Mazars, dalam laporan keuangan BNBR tahun buku 2013.