Perusahaan Tekstil Terkena Imbas Kenaikan Tarif Listrik
Peningkatan biaya produksi tersebut memaksa APF menaikkan harga produksi hingga 4 persen.
Penulis: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM - PT Asia Pacific Fibers Tbk (APF), salah satu satu pemasok bahan baku tekstil nasional, mengusulkan pemerintah memberikan kebijakan agar kenaikan Tarif Dasar Listrik Industri tidak membahayakan kelanjutan operasi perusahaan.
Kenaikan ini diberlakukan kepada perusahaan yang terdaftar di bursa baik dari golongan I-3 (di atas 200 kVA) maupun golongan I-4 (di atas 30 ribu kVA).
Hal ini mengakibatkan biaya energi untuk operasi APF di Kendal, Jawa Tengah pada 2014 membengkak Rp165 miliar mengingat operasi tersebut mengandalkan listrik PLN sepenuhnya.
Tahun depan biaya produksi akan semakin tinggi setelah kenaikan tarif listrik dihitung setahun penuh. Lonjakan biaya produksi yang sangat besar ini tidak akan mampu ditanggung oleh perusahaan.
Peningkatan biaya produksi tersebut memaksa APF menaikkan harga produksi hingga 4 persen.
Kenaikan harga ini akan membuat konsumen dalam negeri beralih ke produk impor yang sebelumnya telah menyerbu pasar domestik dengan harga lebih rendah.
Akibatnya, penetrasi pasar APF terhadap bahan baku tekstil nasional diperkirakan akan turun 5 persen dari sebelumnya yang mencapai 22 persen.
Secara keseluruhan, pasar tekstil nasional pun diperkirakan akan semakin dikuasai produk impor, bahkan hingga mencapai 40 persen.
APF terus berusaha mencari jalan keluar dari tekanan kenaikan tarif listrik ini. Perusahaan sudah mengusulkan termin pembayaran yang lebih panjang kepada PLN Jawa Tengah.
"Dalam periode perpanjangan tersebut APF akan mengembangkan pembangkit listrik sendiri dengan sumber energi yang lebih murah. Perusahaan sebenarnya telah berusaha untuk beralih ke pembangkit listrik yang bersumber dari gas karena lebih ekonomis dan ramah lingkungan," jelas Presiden Direktur APF V. Ravi Shankar.
Namun inisiatif ini belum terealisasi karena proyek gas Gresik Tambak Lorok tertunda beberapa kali.
Selain itu, APF mengusulkan agar kenaikan ini diberlakukan sama untuk seluruh perusahaan I-3 dan I-4 di Jawa Tengah baik yang terdaftar di bursa maupun yang tidak, agar seluruh perusahaan menanggung beban kenaikan secara proporsional.
Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) dalam studi dampak ekonomi APF menemukan bahwa selama 2001-2010 APF telah menyumbang Pendapatan Domestik Bruto Daerah (PDRB) Provinsi Jawa Tengah Rp7,44 triliun dan menciptakan 15.460 kesempatan kerja di sepanjang rantai industri tekstil.
Pada periode yang sama, APF juga berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Kendal sebesar Rp6,7 triliun dan menciptakan lapangan kerja bagi 12.540 orang.
"Memperhatikan kontribusi penting APF bagi perekonomian Jawa Tengah, kami berharap pemerintah memberi perhatian terhadap kestabilan perusahaan yang telah beroperasi dan menjadi pelanggan setia PLN sejak 30 tahun lalu," tutup Ravi.