Ada proses menuju kenaikan tersebut, setidaknya setelah pemerintahan baru terbentuk dan situasi politik telah mulai kondusif."Turun dulu. Kan sudah sesuai ekspektasi siapa presidennya. Setelah itu konsolidasi dulu. Kemudian Oktober sampai Desember bisa ada waktu untuk window dressing," jelas Reza.
Meski demikian, Reza memandang pada dasarnya penurunan saham VIVA tidak terlalu tajam. Selain itu, performa saham VIVA juga dinilainya lebih baik bila dibandingkan emiten sejenis, misalnya MNCN. Sehingga, menurut dia, penurunan saham VIVA tidak terlalu mengkhawatirkan.
Pada paruh pertama perdagangan siang ini, saham VIVA melorot sebesar 1,45 persen menjadi Rp 204 per lembar saham. Hal ini berbeda dengan pergerakan IHSG yang menguat pada periode perdagangan tersebut.