Kemenkop dan UKM Gandeng AISKI Genjot Produktivitas Sabut Kelapa
Ini menyusul membaiknya harga penjualan produk sabut kelapa di pasar internasional.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menggandeng Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk menggenjot produktivitas dan daya saing produk sabut kelapa bagi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM).
Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) AISKI, Ady Indra Pawennari dalam siaran persnya yang diterima Tribunnews.com, Minggu (24/8/2014), menyampaikan apresiasinya dan menyambut baik tawaran kerjasama Kemenkop dan UKM tersebut. Ini menyusul membaiknya harga penjualan produk sabut kelapa di pasar internasional.
“Ini sinergi yang bagus. Apalagi harga penjualan coco fiber (serat sabut kelapa) di pasar internasional minggu ini melonjak hingga menembus angka USD 430 per ton. Sebelumnya, angka penjulan hanya berkisar USD 360 per ton. AISKI siap berbagi pengalaman dan menjadi pendamping Koperasi dan UMKM sabut kelapa,” tegasnya.
Sebelumnya, Asisten Deputi Produktivitas dan Mutu Kementerian Koperasi dan UKM, Nur Ediningsih dalam pembukaan acara Bimbingan dan Sosialisasi Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) Bagi KUMKM Sabut Kelapa yang diselenggarakan Kemenkop dan UKM di Hotel Puri Perdana, Blitar, Jawa Timur, belum lama ini, juga menyampaikan harapannya agar AISKI dan LIPI dapat mitra yang baik bagi KUMKM sabut kelapa.
Selain melakukan pembukaan bimbingan dan sosialisasi kepada puluhan KUMKM sabut kelapa, Nur Ediningsih yang didampingi Kepala Bidang Produktivitas Kemenkop dan UKM, Rahmadi, Ketua Umum AISKI, Efli Ramli, Peneliti LIPI, Agusto W Martosudirdjo dan Praktisi Koperasi, Akhmad Junaedi, juga mengunjungi sejumlah sentra pengolahan sabut kelapa di Blitar.
Ketua Umum AISKI, Efli Ramli yang menjadi narasumber pada kegiatan bimbingan dan sosialisasi tersebut, banyak mengulas tentang potensi sabut kelapa Indonesia yang terbesar di dunia dan peluang pasar ekspor yang terbuka luas. Hingga saat ini, Indonesia baru mampu menggarap potensi sabut kelapanya sekitar 3,2 persen dari jumlah produksi 15 miliar butir per tahun.
“Kita akui Indonesia adalah produsen kelapa terbesar di dunia. Namun, kalah dibanding India dan Srilanka dalam hal produktivitas pengolahan sabut kelapanya. India dan Srilanka sudah menggarap sabut kelapanya dari hulu hingga ke hilir. Sementara kita masih berkutat pada ekspor raw material,” jelasnya.
Kepala Bidang Produktivitas Kemenkop dan UKM, Rahmadi dalam laporannya menyatakan, kegiatan bimbingan dan sosialisasi penerapan TTG bagi KUMKM dilakukan melalui tahapan bimbingan, konsultasi, pendampingan dan pemberian peralatan pengolahan sabut kelapa yang disalurkan melalui koperasi.
”Pada 2014 ini, agenda bimbingan, konsultasi, dan pendampingan kami laksanakan di lima provinsi, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Riau, dan Lampung. Seluruhnya melibatkan sekitar 200 KUMKM yang bergerak di bidang pengolahan sabut kelapa,” tuturnya.