Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Peneliti: SBY Mesti Tanggungjawab Soal Kelangkaan BBM

"Presiden SBY harus mengatasi masalah kelangkaan BBM di beberapa daerah, karena hal tersebut dapat menjadi masalah serius bagi stabil," kata David.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Peneliti: SBY Mesti Tanggungjawab Soal Kelangkaan BBM
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pembebasan Jawa Barat menggelar unjuk rasa di Jalan Surapati depan Kantor Pertamina, Kota Bandung, Rabu (20/8/2014). Dalam aksinya, mereka menolak pembatasan atau pencabutan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan memberikan kesejahteraan hanya untuk rakyat bukan untuk asing. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelangkaan BBM mulai muncul di beberapa daerah menyusul wacana kenaikan harga BBM karena komsumsi BBM melebihi batas maksimal 46 juta kiloliter sebagaimana diamanatkan dalam UU APBN-P 2014 dan minimnya fiskal dalam APBN 2015.

Menghadapi kenyataan ini, Peneliti Populis Institute, David K. Alka, menyatakan pemerintahan SBY harus bertanggungjawab dan harus jujur kepada publik atas persoalan yang sangat serius itu.

"Saya berpendapat, Presiden SBY harus mengatasi masalah kelangkaan BBM di beberapa daerah, karena hal tersebut dapat menjadi masalah serius bagi stabilitas ekonomi.

Bahkan, jika tidak diantisipasi dengan serius, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan goncangan politik," kata David di Jakarta, Senin (25/8/2014).

David menyatakan, SBY mesti bertanggungjawab atas kelangkaan BBM sehingga publik tidak curiga bahwa SBY sengaja meninggalkan warisan yang dapat membebankan pemerintahan Jokowi.

Kelangkaan BBM ini sangat mengganggu transisi dari pemerintahan SBY ke pemerintahan Jokowi.

"Akan sangat bijak jika SBY jujur menyampaikan publik persoalan serius perihal komsumsi BBM dan beban yang ditanggung oleh APBN 2015 terkait dengan subsidi BBM.

Berita Rekomendasi

Langkah ini akan menyelamatkan fiskal 2015 dalam rangka menjaga stabilitas politik dan stabilitas ekonomi," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas