Sambut MEA, Kementerian Kelautan dan Perikanan Siapkan SDM Unggul
Pendekatan yang dipakai adalah Teaching Factory (TEFA), dengan komposisi 60 persen praktek dan 40 persen teori.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyambut era ASEAN Economic Community (MEA) 2015, Indonesia akan dihadapkan suatu dimensi persaingan ekonomi yang lebih dinamis baik regional maupun global.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyiapkan sumber daya manusia unggul yang dapat bersaing di dunia global terutama dalam sektor kelautan dan perikanan.
"Keunggulan tersebut diarahkan untuk mengembangkan industrialisasi perikanan, memantapkan kedaulatan dan ketahanan pangan serta diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, Senin (1/9/2014).
Menurut Sharif, sistem pendidikan pada satuan pendidikan KKP merupakan pendidikan vokasi yang mengarah pada pengembangan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan karakter (character building).
Pendekatan yang dipakai adalah Teaching Factory (TEFA), dengan komposisi 60 persen praktek dan 40 persen teori.
“Pendekatan ini merupakan proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya dalam suatu alur produksi," ujar Sharif.
Sharif menuturkan, melalui pendekatan ini peserta didik dituntut untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan tuntutan konsumen atau pasar.
Sarana dan prasarana pendukung dibuat setara dengan dunia usaha dan dunia industri. Adapun sistem perekrutan peserta didiknya terdiri dari 40 persen anak pelaku utama yakni nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan serta petambak garam.
Kemudian 40 persen masyarakat umum dan 20 persen kerja sama dengan instansi terkait. Selain itu dalam membangun negara poros maritim yang kuat, diperlukan SDM yang unggul dalam pembangunan industrialisasi kelautan dan perikanan yang berbasis pada Ekonomi Biru (Blue Economy).
Hal ini membutuhkan dukungan pengetahuan dan teknologi. Implementasinya akan membutuhkan cutting-edge innovations yang tidak hanya mampu memanfaatkan sumber daya alam secara berkelajutan, akan tetapi yang lebih konkret adalah berupa inovasi sistem produksi bersih tanpa limbah.
“Oleh karena itu, dibutuhkan sumberdaya manusia yang kompeten dan berpotensi dapat menumbuhkan jutaan wirausaha baru yang berdampak pada pengurangan penggaguran dan kemiskinan”, tambah Sharif.