Perusahaan Ritel Mesti Ekspansi Agar Tak Kalah Bersaing
Persaingan bisnis ritel di tanah air makin ketat. Setiap peritel berusaha mencari cara supaya bisa tetap berkibar
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Persaingan bisnis ritel di tanah air makin ketat. Setiap peritel berusaha mencari cara supaya bisa tetap berkibar. Coba lihat sepak terjang PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) yang bermitra dengan SPAR International BV asal Belanda.
Peritel yang punya lini bisnis supermarket ini tahu, bagaimana sulitnya bersaing dengan peritel sejenis. "Malah ada yang baru tahu, kalau Ramayana tuh, punya supermarket," lirih Suryanto, Direktur Ramayana Lestari Sentosa, ke KONTAN suatu ketika.
Meski begitu, Ramayana tidak patah arang. Lewat kerjasama dengan supermarket asal Belanda ini, perusahaan ini ingin bisa menggenjot kinerja perusahaan.
Nantinya, label Ramayana Supermarket ini berganti menjadi SPAR Supermarket. Manajemen RALS menargetkan bisa mengelola sebanyak 30 supermarket SPAR dalam tempo tiga tahun ke depan. Adapun gerai perdana SPAR supermarket rencananya dibuka Desember tahun ini.
Lewat aksi ini, Ramayana berharap kinerja makin moncer. Bila pendapatan RALS per Agustus 2014 mencapai Rp 4 triliun, lewat kerjasama bisnis ini, perusahaan ini menargetkan mampu meraup pendapatan sampai Rp 8,2 triliun sampai akhir tahun ini. Bandingkan dengan pendapatan Ramayana akhir tahun lalu yang masih Rp 6 triliun.
Peritel lain, PT Indomarco Prismatama juga tak tinggal diam. Peritel ini berencana menambah sekitar 749 gerai Indomaret lagi di paruh kedua tahun ini."Kami targetkan ada 10.650 gerai Indomaret sampai akhir tahun ini," kata Wiwiek Yusuf, Direktur Pemasaran PT Indomarco Prismatama ke KONTAN beberapa waktu lalu.
Dari jumlah gerai tersebut, sekitar 75% berada di Jawa dan sisanya di luar Jawa. Sekitar 100 gerai diperuntukan menambah gerai Indomaret Poin. Gerai minimarket plus kafetaria ini jumlahya baru 38 gerai per Agustus 2014. Lewat aksi ini, Indomarco berharap pertumbuhan kinerja perusahaan bisa dobel digit sampai akhir tahun ini.
Menurut Roy N Mandey, Kepala Departemen Informasi Data dan Pasar Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), meski persaingan makin ketat, bisnis ritel di Indonesia masih menjanjikan.
Ia membandingkan jumlah ritel moderen terhadap jumlah penduduk di China dan Indonesia. Bila di China dari satu juta penduduk ada sekitar 500 ritel sampai 600 ritel moderen, di Indonesia baru 100 gerai sampai 110 gerai ritel modern per satu juta penduduk. "Jadi Indonesia masih menjadi salah satu tujuan investor asind dibidang ritel," katanya kepada KONTAN, Kamis (11/4).
Roy bertutur biasanya ada dua jalur yang di lewati investor asing untuk masuk. Pertama, membeli saham dan memiliki perusahaan. Kedua, masuk ke negara sebagai retailer.
Ke depan, kata dia, banyak investor dan produk retailer lain yang masuk pasar domestik. Kebanyakan, berasal dari negara Eropa. Namun Aprindo, kata Roy, belum memiliki data pasti soal identitas peritel ini. Biasanya jati diri baru ketahuan setelah sudah teken kontrak kerjasama serta kesepakatan nilai investasi.
Aprindo menargetkan pertumbukan peritel tahun ini bisa meningkat 10%-15% dari 2013 yang sebesar Rp 145 triliun menjadi Rp 180 triliun.